Rabu 28 Sep 2016 17:10 WIB

Amnesti Pajak Disebut Bawa Angin Segar Bagi Perbankan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Petugas melayani wajib pajak untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan amnesti pajak (tax amnesty) di Help Desk Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak I, Jakarta Selatan, Senin (19/9).
Foto: Antara/ Yudhi Mahatma
Petugas melayani wajib pajak untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan amnesti pajak (tax amnesty) di Help Desk Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak I, Jakarta Selatan, Senin (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) dinilai akan membawa dampak positif bagi kredit perbankan.

Menurut CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, pada semester 1 tahun ini banyak nasabah individu, korporasi, dan institusi, lebih memanfaatkan refinancing dibandingkan mengambil pinjaman.

"Data dari banking center itu di bawah 10 persen, jadi memang mungkin korporasi itu wait and see. Kita lihat dari semester 1 banyak nasabah induvidu, korporasi dan institusi, lebih memanfaatkan refinancing. Jadi belum ada new money untuk capex (capital expenditure)," ujar Batara Sianturi di Jakarta, Rabu (28/9).

Hal itu disebabkan belum menggeliatnya sektor riil. Menurutnya, perbankan mengikuti sektor riil. Apabila sektor riil hanya tumbuh di bawah 10 persen atau single digit, maka perbankan pun juga hanya tumbuh single digit. Sebab, jika sektor riil mengeliat, maka pengusaha sektor riil akan datang ke bank.

Sehingga kebijakan pemerintah dan regulator terkait sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, ia menilai jika pertumbuhan kredit hanya akan tumbuh sesuai prediksi Bank Indonesia yaitu di kisaran 7,0 persen- 9,0 persen.

"Sekarang interest rate sudah di-cut lima kali dengan repo dari 5,25 persen menjadi 5,00 persen. Kita harapkan itu jadi insentif bagi korporasi," ujarnya.

Adanya kebijakan amnesti pajak, kata Batara, akan membuat ekonomi menggeliat. Amnesti pajak akan berdampak pada pengeluaran korporasi.

"Kita harapkan, berarti uang yang datang ke sini kan harus masuk ke investasi, kalau investasinya di riil sektor akan membuat demand kredit akan datang. Sehingga pertumbuhan kredit bisa menggeliat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement