Rabu 28 Sep 2016 14:00 WIB

OJK: Pertumbuhan Kredit Rupiah Tunjukkan Geliat UMKM

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, pertumbuhan kredit berbasis rupiah yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit valas menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi pelaku usaha domestik. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menyebutkan, kondisi ini menunjukkan secara bertahap ada perbaikan perekonomian.

Sektor riil, menurutnya, terus bertumbuh meskipun masih dibayangi rendahnya pertumbuhan konsumsi dan investasi. OJK mencatat, pertumbuhan kredit rupiah pada semester pertama tahun ini mencapai 12,5 persen yoy. Angka ini lebih tinggi dari semester pertama tahun lalu di mana pertumbuhan kredit rupiah hanya 10,7 persen.

Namun demikian, ada satu hal yang membuat pertumbuahn kredit secara keseluruhan turun yakni adanya kekeringan likuiditas yang cukup siginifikan. Hal ini membuat pertumbuhan kredit valas tumbuh negatif.

"Di sektor perbankan pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga masih menujukkan tren positif meski kita perkirakan lebih rendah dari tahun lalu. Ini gambarkan aktivitas ekonomi yang berbasis dalam negeri, dan kegiatan perekonomian yang membutuhkan dukungan kredit berbasis rupiah, tertuju ke perekonomian lokal dan industri usaha kecil mikro dan menengah. Yang saya kira jadi pilar penting ketika kita dihadapkan pada lemahnya permintaan global," ujar Muliaman di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (27/9) malam.

Sementara itu, OJK sebelumnya sempat berniat merevisi target pertumbuhan kredit perbankan pada 2016. Besaran kredit macet di perbankan akan menjadi pertimbangan OJK. OJK akan melakukan evaluasi implementasi RBB (Rencana Bisnis Bank) dari masing-masing bank.

Apabila RBB berjalan sesuai target maka pertumbuhan kredit bisa mencapai 11 persen. Namun, OJK masih perlu melihat kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) dari masing-masing perbankan. Muliaman mengatakan, NPL sangat menentukan angka pertumbuhan kredit perbankan.

Sebelumnya, OJK memprediksi pertumbuhan kredit 10 hingga 12 persen. Muliaman mengatakan, pertumbuhan kredit dan NPL pada Juni-Agustus 2016 mulai membaik. Ia juga menyebutkan likuiditas secara keseluruhan membaik, terutama pascamasuknya likuiditas dalam satu bulan terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement