Senin 26 Sep 2016 16:35 WIB

Petani Keluhkan Maraknya Impor Bawang Merah Ilegal

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nur Aini
Pekerja mengupas bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (28/8). (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Pekerja mengupas bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Ahad (28/8). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Petani di Kabupaten Cirebon mengeluhkan maraknya bawang merah ilegal dari luar negeri yang masuk ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Kondisi itu menyebabkan penyerapan dari daerah-daerah di luar Pulau Jawa terhadap bawang merah dari Pulau Jawa, termasuk Kabupaten Cirebon, menjadi minim.

 

Salah seorang petani bawang merah di Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Wasirudin menjelaskan, saat ini, areal tanaman bawang merah di desanya akan memasuki masa panen. Begitu pula daerah-daerah lainnya di Kabupaten Cirebon, tanaman bawang merah saat ini sedang memasuki masa panen raya.

 

‘’Biasanya, di masa panen raya seperti sekarang, pembeli dari luar Jawa banyak yang datang. Tapi sekarang sepi,’’ ujar Wasirudin kepada Republika.co.id, Senin (26/9).

 

Wasirudin mengatakan, para pembeli bawang merah yang datang biasanya berasal dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Mereka membeli bawang merah dari para petani di Jawa, termasuk dari Kabupaten Cirebon.

 

Wasirudin menuturkan, berdasarkan informasi yang diterimanya, daerah-daerah di luar Pulau Jawa itu saat ini banyak dimasuki bawang merah ilegal dari luar negeri, seperti dari Thailand dan India. Bawang merah tersebut masuk ke Indonesia menggunakan kapal-kapal kecil sehingga diduga luput dari pengawasan petugas.

 

Dari segi harga, bawang merah dari luar negeri lebih murah dibandingkan harga bawang merah lokal. Hal itu menyebabkan bawang merah dari luar negeri lebih diminati dibandingkan bawang merah lokal. "Padahal dari segi rasa, bawang merah lokal jauh lebih enak dibandingkan bawang merah dari luar negeri. Tapi di pasaran, yang dilihat oleh masyarakat kan harganya dulu. Bawang yang harganya lebih murah, itu yang dibeli,’’ tutur Wasirudin.

 

Wasirudin menyatakan, ketiadaan pembeli dari luar Pulau Jawa itu menyebabkan pemasaran bawang merah di daerahnya hanya berkutat di daerah sendiri. Padahal, produksi bawang merah di musim sekarang ini sedang bagus.

 

Menurut Wasirudin, di musim hujan, hasil panen bawang merah di daerahnya hanya sekitar delapan sampai 10 ton per hektare. Namun di musim kemarau, hasil panen bawang merah bisa mencapai 17 ton per hektare.

 

‘’Produksi lagi bagus, tapi pemasarannya hanya utak-utek (berkutat) di Jawa saja. Apalagi sekarang Demak juga sedang panen raya,’’ kata Wasirudin.

 

Wasirudin mengungkapkan, kondisi tersebut akan mempengaruhi harga bawang merah di tingkat petani. Dampaknya, petani akan mengalami kerugian. Untuk saat ini, harga bawang merah di tingkat petani hanya di kisaran Rp 20 ribuan per kg. Harga itu turun dari semula yang mencapai Rp 25 ribu – Rp 30 ribu per kg.

 

‘’Harga memang biasa turun saat panen raya karena produksi yang berlimpah,’’ ujar Wasirudin.

 

Wasirudin berharap, pemerintah bisa menindak tegas para pelaku yang menyelundupkan bawang merah ke Indonesia. Dia pun menilai, Indonesia tidak membutuhkan impor bawang merah karena sudah tercukupi kebutuhannya dari petani lokal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement