REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Pemerintah masih optimistis raihan pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga bisa terjaga di atas 5 persen, setelah capaian pada kuartal kedua tahun 2016 ini menyentuh 5,18 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini tertahan di angka 4,91 persen. Artinya, demi mengejar target pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen hingga akhir tahun, pemerintah harus merealisasikan pertumbuhan 5,21 persen di kuartal ketiga ini.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi menjelaskan, dengan mempertimbangkan berbagai sektor termasuk laju konsumsi, harga komoditas yang mulai merangkak naik, serta kinerja ekspor dan impor maka BI melihat adanya tren positif dalam pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini.
"Saya tidak bisa katakan angkanya namun ada tren untuk perbaikan. Karena ada banyak faktor karena tadi baru dari sisi konsumsi. Tren terus membaik dan kita melihat dari sisi sektoral. Faktor banjirnya likuiditas yang membanjir juga baik," jelas Yoga, Sabtu (26/9).
Bank Indonesia mencatat, terdapat dana asing yang masuk ke Indonesia sebanyak Rp 151 triliun. Dana tersebut masuk sebagai instrumen investasi berupa Surat Berharga Negara (SBN). Capaian ini ternyata jauh lebih tinggi dari aliran dana asing pada tahun lalu sebanyak Rp 39 triliun.
Yoga mengingatkan, adanya program pengampunan pajak memberikan sumbangan pada aliran likuiditas ke dalam negeri. Akibatnya, mata uang rupiah ikut menguat sebagai bukti atas kepercayaan pasar pada stabilitas ekonomi dalam energi.
Sementara itu, untuk proyeksi tahun depan, Bank Indonesia memperkirakan akan ada imbas kepada angka inflasi sebagai akibat penyesuaian subisidi listrik untuk golongan 450 dan 900 VA. Cadangan devisa Indonesia tercatat berada di angka Rp 113 triliun hingga akhir Agustus lalu. Angka sebesar itu diproyeksikan cukup untuk membiayai impor selama 8,3 bulan dan cicilan pembayaran utang luar negeri pemerintah.