REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik lagi untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis (22/9) atau Jumat (23/9) pagi WIB, setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun pekan lalu.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya pada Rabu (21/9) bahwa persediaan minyak AS turun 6,2 juta barel pekan lalu, mengalahkan konsensus pasar untuk penurunan 3,4 juta barel.
Harga minyak lebih lanjut didukung oleh pelemahan dolar AS, yang membuat harga minyak dalam denominasi dolar AS lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Dolar AS terus melemah terhadap mata uang utama pada Kamis (22/9) setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada Rabu (21/9).
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November bertambah 0,98 dolar AS menjadi menetap pada 46,32 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November bertambah 0,82 dolar AS menjadi ditutup pada 47,65 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak juga naik ketika para pedagang menunggu pertemuan penting negara-negara produsen minyak utama pekan depan di Aljazair. Negara-negara anggota OPEC dan non OPEC merencanakan pembicaraan di Algiers minggu depan tentang bagaimana membalikkan kelebihan pasokan, yang telah mengirimkan harga minyak mendekati level terendah 13 tahun pada awal 2016.
Para analis mengatakan perundingan mereka memiliki peluang yang lebih baik, menyusul berita bahwa raksasa minyak Arab Saudi, Iran dan Qatar bertemu di markas OPEC di Wina.