REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Bank Indonesia akan meluncurkan uang kertas Negara Kesatuan Republik Indonesia pecahan sepuluh ribu rupiah bergambar Frans Kasiepo, pahlawan nasional dari Papua.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Papua Barat, Agus Hartanto di Manokwari, Senin (19/9), mengatakan, uang baru itu akan mengganti pecahan lama yang sebelumnya bergambar Sultan Mahmud Badaruddin II.
Ia menjelaskan, penetapan Frans Kasiepo sebagai gambar pada uang kertas tersebut dilakukan sesuai Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 2016. Selain pecahan Rp 10 ribu, katanya, BI pun akan mencetak uang pecahan lain dengan gambar pahlawan yang berbeda. Desain baru dari uang pecahan tersebut sudah siap dari pecahan Rp 10 ribu hingga Rp 100 ribu.
"Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang dengan ciri sebagaimana diatur dalam UU tersebut, salah satu ciri uang sebagaimana pasal 7, mata uang harus memuat gambar pahlawan nasional yang ditetapkan dengan keputusan presiden," katanya.
Agus mengutarakan, penetapan gambar pahlawan nasional dalam mata uang dilakukan melalui koordinasi antara BI dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Sekretaris Kabinet, serta Kementerian Hukum dan HAM. Selain itu, penetapan itu pun dilakukan melalui persetujuan penggunaan gambar dari ahli waris pahlawan nasional tersebut.
Penetapan Frans Kaisiepo, katanya, sudah melalui seluruh proses tersebut. Pahlawan kelahiran Biak, Papua 10 Oktober 1912 itu akan segera menghiasi bagian depan uang kertas Rp 10 ribu.
Selain Frans Kaisepo, BI pun akan mencetak uang pecahan bergambar 11 pahlawan lainnya, yakni Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta, Ir H Djuanda Kartawidjaja, Dr GSSJ Ratulangi, Dr KH Idham Chalid, Mohammad Hoesni Thamrin, Tjut Meutiah, Mr I Gusti Ketut Pudja, Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan Prof Dr Ir Herman Johanes.
"Penerbitan uang baru itu akan dilakukan setelah seluruh persiapan matang dan mendapat keputusan dari Dewan Gubernur BI," katanya.
Frans Kasiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1912 dan meninggal di Jayapura, Papua 10 April 1979 diusia 67 tahun. Ia antara lain terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membahas tentang pembentukan Republik Indonesia Serikat. Sebagai perwakilan dari Papua, kala itu ia mengusulkan nama Irian bagi nama Papua saat itu. Dalam bahasa Biak kata Irian memiliki arti beruap.
Frans Kasiepo pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cend3rawasih, Jayapura. Namanya telah diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak.