Ahad 18 Sep 2016 18:35 WIB

Beban Utang Negara Terancam Terus Membengkak

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah pemerintah untuk memperlebar defisit anggaran di kisaran 2,5 hingga 2,7 persen turut memperlebar ruang potensi untuk menambah utang pemerintah. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan belanja negara yang mau tak mau harus dilakukan dalam tahun anggaran ini.

Namun, penambahan utang ikut menaikkan defisit keseimbangan primer yang sebelumnya sudah cukup tinggi. Artinya, penambahan utang akan menambah beban pembayaran utang di tahun depan sehingga kondisi di mana utang dilakukan untuk membayar utang sebelumnya tak terelakkan.

Direktur Ekesekutif Indef Enny Sri Hartati menjelaskan, defisit keseimbangan primer memang bakal meningkat menyusul pelebaran defisit anggaran saat ini. Hal ini, kata Enny, sebetulnya bisa saja dihindari apabila ada efisiensi luar biasa dalam hal belanja dan pengeluaran di semester kedua ini. Pengeluaran yang produktif dan peran stimulus yang optimal bisa menekan defisit keseimbangan primer.

"Kalau nambah utang defisit keseimbangan primer bisa meningkat. Walaupun sebetulnya nggak harus, kalau benar-benar efektif. Namun persoalannya tambahan utang itu kan tidak langsung tambahkan produksi, jadi memang untuk 2016 sudah pasti kalau terjadi pelebaran defisit ya terjadi sekaligus penambahan defisit keseimbangan primer," ujar Enny, Ahad (18/9).

Awal bulan ini, Kementerian Keuangan memang mengakui keseimbangan primer pemerintah masih defisit. Artinya, negara terpaksa menambah utang demi membayar bunga utang sebelumnya. Diketahui bahwa defisit keseimbangan primer yang dihitung dari total penerimaan dikurangi belanja negara, tanpa adanya pembayaran bunga utang, mencapai Rp 111,4 triliun. Angka ini lebih besar dari RAPBN 2016 sebesar Rp 105,5 triliun.

Sedangkan opsi penarikan utang lebih awal yang mungkin saja akan dilakukan. Hanya saja, pemerintah masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut dengan parlemen. Pengambilan keputusan bakal melihat beberapa hal, termasuk sisi kebutuhan anggaran belanja di awal tahun depan. Pertimbangan ini akan menentukan besaran surat berharga yang akan diterbitkan oleh pemerintah.

Sementara itu, Anggota Komisi XI Misbakhun mengakui bahwa pelebaran defisit anggaran memang memiliki implikasi kepada penambahan utang. Hanya saja, penambahan utang untuk melakukan belanja di sektor yang produktif ia nilai bukan hal yang salah. Belum lagi, opsi penambahan utang dianggap menjadi jalan keluar terbaik untuk menyelamatkan APBN tahun ini.

"Opsi ini adalah yang terbaik. Meski sulit, namun lebih baik dari opsi sulit lainnya," katanya.

Pekan lalu Kementerian Keuangan memberi sinyal kuat pemerintah akan memperlebar defisit anggaran. Kebijakan tersebut diambil karena pemerintah ingin menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah seretnya penerimaan negara. APBN Perubahan 2016 disebut dihadapkan pada beberapa risiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement