REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan masih mempelajari dan mengkaji partisipasi Indonesia dalam Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) disesuaikan dengan situasi politik Amerika Serikat pada November akan melakukan pemilihan presiden.
"Kami terus memonitor apa yang akan terjadi di Amerika Serikat. Prinsipnya, kami tetap mempelajari dengan berbagai alternatif," kata Enggartiasto, dalam acara "Indonesia-US Investment Summit 2016", di Jakarta, Kamis (15/9).
Dia tidak memastikan bahwa Indonesia tidak akan bergabung dengan kemitraan tersebut, namun hasil pilpres AS akan mengarahkan pada situasi berbeda mengenai TPP itu sendiri. "Kami masih menunggu pemilu di AS, dan TPP juga masih kami pelajari. Bagaimana bila Donald Trump menang. Bagaimana bila Hillary," ujar Enggartiasto.
Pemerintah masih menduga-duga mengenai kemungkinan yang akan terjadi terhadap TPP. Namun, Enggartiasto menegaskan bahwa konsistensi AS mengenai kemitraan tersebut akan sangat mempengaruhi posisi Indonesia untuk bergabung. "Kami masih wondering mengenai TPP. Kita mau bergabung TPP kalau AS juga konsisten," ujar dia.
Kemitraan Trans-Pasifik dalam beberapa waktu terakhir, menjadi isu strategis termasuk Indonesia yang sebenarnya sudah dilobi AS untuk bergabung dengan TPP sejak 2012 silam. Untung rugi memang harus diperhitungkan karena jika produk Indonesia belum siap dipasarkan dalam jumlah besar ke luar negeri, Indonesia hanya akan menjadi pasar karena TPP memungkinkan produk asing membanjiri pasar domestik.
Perusahaan, pendidikan, teknologi juga harus dipastikan sesuai dengan standar negara-negara yang telah tergabung dalam TPP.