REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank BJB terus melakukan edukasi kepada pelaku UMKM dalam pemberian kredit. Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan mengatakan edukasi tersebut dilakukan melalui program BJB Ekonomi Terpadu.
Sejauh ini ada beberapa produk Bank BJB yang dapat mendukung berkembangnya UMKM di Indonesia, di antaranya adalah Kredit Mikro Utama (KMU) dan Kredit Cinta Rakyat (KCR). "UMKM kan bisnisnya tidak terpetakan dan latah, sehingga banyak yang pada ikut tapi gak tahu kualitas atau produknya. Jadi, kita lakukan edukasi supaya mereka punya knowledge di bisnis dan perkreditan," ujar Irfan di Jakarta, Kamis (15/9).
Saat ini Bank BJB telah menerapkan bunga kredit single digit untuk KMU sebesar 8,71 persen. Irfan menjelaskan, porsi kredit UMKM di Bank BJB pada 2015 yakni sekitar delapan persen dan ditargetkan pada 2016 ini bisa mencapai 10 persen. Saat ini pertumbuhan kredit di Bank BJB sekitar delapan persen dengan total penyaluran per Agustus 2016 mencapai Rp 4,5 triliun.
Bank BJB mencatat penyusutan tingkat kredit macet atau non performing loan (NPL) secara keseluruhan menurun dari angka 3,6 persen menjadi di angka 1,94 persen per Juni 2016. Namun demikian, tingkat NPL untuk segmen UMKM masih terbilang tinggi. Tingginya NPL tersebut karena bisnis UMKM sulit dipetakan dan belum memiliki postur yang lengkap seperti pembukuan, dan pengemasan produk.
"Sekarang kita lakukan perbaikan. Ini juga didukung penjaminan. Dengan program, kita perbaiki. Proses kredit kita perbaiki dan IT kita perbaiki. NPL (UMKM) masih tinggi, tapi nanti kita edukasi," kata Irfan.
Irfan menegaskan, Bank BJB siap memacu kinerja penyaluran kredit secara keseluruhan termasuk penyaluran kredit UMKM. Meski situasi dan kondisi ekonomi tengah tidak menentu, namun Bank BJB tidak akan mengubah target pertumbuhan kredit sepanjang 2016. "Kami tidak akan revisi target pertumbuhan kredit 2016. Target penyaluran kredit kita tetap pada kisaran 13 persen sampai 14 persen," ujar Irfan.