REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meramalkan neraca perdagangan atau kinerja ekspor impor bulan Agustus bisa kembali surplus.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan sektor komoditas masih mendominasi data ekspor dan impor Indonesia sebesar 70 persen. Rinciannya, 50 persen disumbang oleh komoditas nonmigas dan 20 persen komoditas migas.
Mirza menilai, neraca perdagangan yang surplus didukung oleh perbaikan harga komoditas yang pada tahun ini perlahan mulai naik. Meski belum signifikan, peningkatan harga kelapa sawit sebanyak 20 persen misalnya, dianggap mampu terus mendorong kegiatan ekspor. Harga komoditas karet juga disebutkan mengalami kenaikan sebesar 15 persen.
"Jadi jika ada pemulihan di harga komoditas tambang dan perkebunan ditambah dengan harga ekspor gas membaik, maka ekspor ada kenaikan. Tapi memang bukan suatu kenaikan yang signifikan," jelas Mirza di BI, Senin (12/9).
Dari sisi impor, lanjut Mirza, kondisinya cenderung menurun. Hal itu mencerminkan bahwa permintaan dari dalam negeri sedang mengalami penurunan. Kombinasi dari menggeliatnya kegiatan ekspor dan masih lemahnya impor diyakini akan menjaga tren surplus neraca perdagangan untuk kembali berlanjut.
Selain itu, menurut Mirza langkah pemerintah memangkas anggaran guna menutupi defisit APBN juga akan memiliki dampak positif. "Itu suatu tindakan yang positif sehingga stabiliats terjaga. Yang penting kalau stabiliats kurs, ekonomi terjaga maka sektor usaha bisa lakukan suaha dan nantinya bisa rekrutmen tenaga kerja," ucapnya.
Surplus neraca perdagangan ini merupakan untuk yang ketujuh kalinya terjadi secara berturut-turut sepanjang 2016. Pada Januari, surplus neraca tercatat sebesar 50,6 juta dolar AS. Pada Februari, terjadi surplus 1,14 miliar dolar AS, Maret 497 juta dolar AS, April 667,2 juta dolar AS, Mei 375,6 juta dolar AS, Juni surplus 900,2 juta dolar AS, dan Juli 598,3 juta dolar AS.