REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seiring peningkatan permintaan produk kecantikan dan perawatan diri yang bersertifikat halal, bahan-bahan kimia halal untuk produk-produk itu makin laris dipesan.
Sertifikasi halal mengharuskan produk hasil manufaktur sesuai dengan hukum Islam di antaranya tidak mengandung unsur babi, alkohol, darah, dan bebas kontaminasi bahan nonhalal. Para produsen kosmetik dan perlengkapan toilet menyatakan bebannya lebih pada persoalan administratif dibanding finansial. Mereka melihat kesesuaian halal ini akan menjadi sumber pendapatan baru.
''Produksi barang halal membuat kami bisa berbisnis di beberapa belahan dunia,'' kata Vice President of the BASF Personal Care Europe Business Unit, Dirk Mampe seperti dikutip Reuters, beberapa waktu lalu.
Perusahaan asal Jerman itu memproduksi bahan-bahan untuk manufaktur kebutuhan toilet dan kini sudah memiliki 145 bahan yang bersertifikat halal. Menurut Mampe, bahan-bahan halal ini tidak berada pada level harga premium.
''Ada tren bahan-bahan halal ini dipesan terus menerus. Penting bagi kami untuk memastikan pasokan stabil bagi mereka,'' ungkap Mampe.
Populasi Muslim global saat ini mencapai sekitar 1,5 miliar jiwa atau sekitar seperempat dari total populasi dunia. Berdasarkan data Deloitte Tohmatsu Consulting, kosmetik halal sendiri diprediksi memiliki pangsa 11 persen dari total pasar halal yang nilainya lebih dari satu triliun dolar AS pada 2015. Sementara perusahaan riset bisnis, TechNavio, menyebut penjualan produk halal untuk perawatan tubuh akan tumbuh 14 persen tiap tahunnya hingga 2019.