Jumat 09 Sep 2016 20:49 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Jalan di Tempat

Rep: rizky jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priuk,Jakarta. (ilustrasi) (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priuk,Jakarta. (ilustrasi) (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Chief Ekonomist Bank Mandiri Anton Hermanto Gunawan mengatakan, secara umum sampai akhir tahun perekonomian Indonesia masih stagnan karena ada pelemahan di beberapa sektor. Perbaikan ekonomi di kuartal II diperkirakan tidak akan terulang di kuartal III dan kuartal IV 2016.

"Pelemahan masih di anggaran sehingga mempengaruhi pengeluaran pemerintah," ujar Anton di Jakarta, Jumat (9/9).

Pada semester I 2016, total penerimaan pemerintah sebesar Rp 692,2 triliun, sedangkan belanjanya Rp 865 triliun. Terjadi defisit anggaran sebesar Rp 172,5 triliun atau 1,37 persen dari GDP. Menurut Anton, ada kesempatan untuk meningkatkan pengeluaran pemerintah namun tidak terlalu besar. 

Selain itu, turunnya impor barang modal dan bahan baku juga mencerminkan bahwa industri manufaktur di dalam negeri belum menunjukkan adanya perbaikan. Ke depan pemerintah juga perlu berhati-hati sebab rasio kredit macet (NPL) di perbankan hampir mendekati ambang batas tertinggi.

"Tahun depan sepertinya pertumbuhan ekonomi tidak beda jauh, masih sekitar lima persen. Agak berat kalau ke 5,1 persen," kata Anton.

Kondisi ekonomi global yang belum membaik juga menjadi salah satu faktor perlambatan ekonomi di Indonesia. Menurut Anton, kondisi global akan mempengaruhi kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan lagi suku bunga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement