REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengaku tidak khawatir terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI pada Kamis (25/8), kurs rupiah berada di level 13.267 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, kurs rupiah merupakan kurs mengambang yang bisa naik dan turun bergantung pada sentimen pasar. Berbeda dengan yen Jepang maupun poundsterling Inggris.
"Rupiah itu kursnya mengambang, bisa naik turun. Selama pelemahan masih dalam range yang wajar, dan juga sesuai dengan pergerakan kurs di internasional ya hal yang wajar saja. Perkembangan hingga hari ini tidak ada yang kita khawatirkan," ujar Mirza di Gedung Bank Indonesia, Kamis (25/8).
Rupiah tercatat terus mengalami pelemahan sejak pekan lalu. Sejak awal pekan ini rupiah telah terdepresiasi sebesar 70 poin. Menurut Mirza, pelemahan tersebut mungkin terjadi sebagai dampak dari pernyataan bank sentral AS, The Fed yang menyebutkan suku bunga Fed Fund Rate akan naik di November atau Desember.
"Itu sih hal yang wajar saja. Nanti setelah statement (The Fed) hari Jumat, market koreksi lagi," imbuhnya.
Ia menegaskan, kurs rupiah saat ini masih mencerminkan kondisi fundamental perekonomian domestik yang membaik. Apalagi inflasi yang ditargetkan di kisaran 4 plus minus 1 persen diperkirakan akan berada di bawah 3,5 persen.
"Tapi inflasi baik, komitmen dari bapak Presiden, untuk kendalikan harga pangan itu sangat baik," katanya.