Jumat 19 Aug 2016 11:34 WIB

Penyebab Ketimpangan Pengeluaran di Indonesia Menurun

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nidia Zuraya
Pengeluaran keuangan (ilustrasi)
Pengeluaran keuangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh gini ratio sebesar 0,397 pada Maret 2016. Angka ini menurun jika dibandingan gini ratio Maret 2015 yang sebesar 0,408 persen dan September 2015 0,402. 

Ada beberapa faktor yang memengaruhi penurunan tingkat ketimpangan pengeluaran. Berikut faktor-faktornya berdasarkan penjelasan BPS: 

1. Kenaikan upah buruh harian dari Rp 46.180 per hari pada Maret 2015 menjadi Rp 47.559 per hari pada Maret 2016 atau naik 2,99 persen. 

2. Kenaikan upah buruh bangunan dari Rp 79.657 per hari pada Maret 2015 menjadi Rp 81.481 per hari pada Maret 2016 atau naik 2,29 persen. 

3. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi peningkatan jumlah pekerja bebas pertanian dari 5,1 juta orang pada Februari 2015 menjadi 5,2 juta orang pada Februari 2016. Sejalan dengan itu pula, terjadi peningkatan jumlah pekerja bebas nonpertanian dari 6,8 juta orang pada Februari 2015 menjadi 7,0 juta orang pada Februari 2016. 

4. Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk 40 persen terbawah meningkat dari Rp 371.336 pada Maret 2015 menjadi Rp 416.489 pada September 2015. Adapun pada Maret 2016 meningkat lagi jadi Rp 423.969.

5. Kenaikan pengeluaran yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah, tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya, bantuan sosial, serta perbaikan pendapatan PNS golongan bawah. 

6. Peningkatan komposisi penduduk daerah perkotaan mengindikasikan adanya peningkatan migrasi dari desa ke kota yang menyebabkan semakin tingginya upah yang diterima oleh buruh kasar di daerah perkotaan. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement