Jumat 12 Aug 2016 11:42 WIB

Industri Pelayaran Indonesia Masih Dikuasai Asing

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nidia Zuraya
Kapal kargo
Foto: Antara
Kapal kargo

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, industri pelayaran menjadi penyumbang terbesar defisit neraca jasa. Penyebabnya karena jasa pelayaran di Indonesia masih didominasi oleh asing. 

Agus mengatakan, defisit neraca jasa pada 2015 mencapai Rp 8,3 miliar dolar AS. "80 persennya berasal dari industri di bidang jasa pelayaran," kata Agus dalam diskusi publik membahas sektor kemaritiman di Hotel Radisson, Batam, Jumat (12/8). 

Agus menjelaskan, salah satu penyebab besarnya defisit neraca jasa industri pelayaran adalah kegiatan ekspor impor. Dia menyebut, sekitar 95 persen kegiatan ekspor Indonesia menggunakan kapal asing. 

Kegiatan ekspor banyak menggunakan kapal asing karena rata-rata ukuran kapal yang dimiliki industri pelayaran Indonesia masih terlalu kecil, yakni sekitar 500 teus. Padahal, kata dia, saat ini rata-rata besar kapal dalam perdagangan internasional adalah 10 ribu teus. 

"Perlu ada langkah terintegrasi untuk membangun kapal-kapal besar kalau kita mau menjadi negara maritim yang kuat," kata Agus. 

Selain masalah kegiatan ekspor, defisit neraca jasa pelayaran juga terjadi karena masih tingginya ketergantungan terhadap asuransi asing. Agus mengatakan, sekitar 87 persen asuransi perkapalan Indonesia berasal dari asing. Karena itu, sangat diperlukan adanya pendalaman pasar keuangan oleh perbankan dalam negeri. 

"Sektor kemaritiman perlu kita perbaiki supaya tidak terus berada dalam kondisi defisit seperti ini," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement