REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat mengesahkan lima inisiatif ASEAN. Kesepakatan ini dilakukan dalam pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN ke-48 di Vientiane, Laos. Keputusan para Menteri ini makin mempertegas komitmen ASEAN menuju integrasi ekonomi regional di bawah Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025.
"ASEAN telah menjadi suatu kekuatan ekonomi regional yang patut diperhitungkan dan berkontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi global," ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/8).
Iman menjelaskan, lima inisiatif yang dimaksud adalah ASEAN Trade Facilitation Framework (ATFF), ASEAN Food Safety Regulatory Framework (FSRF), ASEAN Institutional Framework on Access to Finance for MSMEs, Enabling Environment for SME Establishment and Operation, dan Guidelines for SEZ Development & Collaboration, dan Report and Work Programme on ‘Starting a Business in ASEAN. Selain itu, dalam kesepakatan tersebut juga diluncurkan ASEAN Tariff Finder untuk selanjutnya diimplementasikan oleh semua negara anggota ASEAN.
Iman mengatakan, Indonesia optimis ASEAN akan mampu menghadapi berbagai tantangan berat karena perdagangan ASEAN semakin kuat dalam menghadapi perubahan global. Para menteri mencatat bahwa prioritas ini akan memberikan dorongan untuk kemajuan agenda integrasi ekonomi ASEAN di bawah Cetak Biru MEA 2025.
Hingga akhir Desember 2015, implementasi kesepakatan Cetak biru MEA 2015 telah mencapai 93,9 persen atau sebanyak 475 dari total 506 komitmen. ASEAN terus bekerja keras untuk memenuhi seluruh komitmennya pada Cetak Biru MEA 2015.
Pada pertemuan ini, Para Menteri Ekonomi ASEAN menyambut baik diselesaikannya the Second Protocol to Amend the ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) untuk meningkatkan iklim investasi yang lebih transparan dan terbuka bagi investor. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan investasi asing langsung ke dalam kawasan ASEAN. Protokol ini akan ditandatangan secara ad referendum paling lambat pada Pertemuan KTT ASEAN September 2016 mendatang.
Total investasi asing langsung yang masuk ke ASEAN pada 2014 sebesar 120 miliar dolar AS, dengan sumber utama investasi berasal dari intra-ASEAN sebesar 18,5 persen. Kemudian diikuti oleh sumber eksternal dari Uni Eropa 16,4 persen, Jepang 14,5 persen, Amerika Serikat 10,2 persen, dan Cina 6,8 persen. Sektor jasa tetap menjadi penerima terbesar dari FDI pada 2015 sebesar 72 miliar dolar AS atau 60 persen dari total FDI ke ASEAN, diikuti oleh sektor manufaktur sebesar 24,2 persen.
Agenda penting lainnya yang juga dibahas adalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat semakin berperan aktif dan berkontribusi nyata dalam integrasi ekonomi ASEAN. Para menteri optimis isu yang masih menjadi tantangan dapat diselesaikan sebelum Konferensi Tingkat Tinggi pada November 2016 mendatang. Iman mengharapkan peran aktif semua pemangku kepentingan di dalam negeri untuk mendukung pencapaian integrasi ekonomi ASEAN 2025.