Jumat 05 Aug 2016 16:31 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Didukung Penguatan Konsumsi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom UOB Group, Ho Woei Chen menilai, ekonomi Indonesia tumbuh kuat di semester I 2016 dimana Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,18 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari 4,19 persen dari kuartal I.

"Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia mengalami ekspansi sebesar 5,04 persen yoy di semester I 2016. Sebelumnya diperkirakan tumbuh di 5,0 persen," ujar Ho Woei Chen, di Jakarta, Jumat (5/8).

 

Menurut Ho, pertumbuhan ini konsisten dengan stabilnya ekonomi di negara-negara Asia termasuk di Cina. Konsumsi di sektor swasta dan publik menguat, sementara pertumbuhan investasi berjalan moderat atau biasa-biasa saja.

"Selain itu, ekspor barang dan jasa masih mengalami kontraksi di kuartal II 2016," katanya.

Ho menuturkan, konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan PDB Indonesia, tumbuh 5,04 persen yoy di Kuartal II 2016. Angka tersebut naik dari sebelumnya yang sebesar 4,94 persen di kuartal I 2016.

Sementara itu konsumsi publik melonjak menjadi 6,28 persen yoy dari sebelumnya 2,93 persen di kuartal I 2016. Meskipun pertumbuhan fixed investment tumbuh moderat, pertumbuhannya kokoh di angka 5,06 persen yoy, sementara pada kuartal I 2016 tumbuh di 5,57 persen.

Ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi secara berturut-turut selama 4 kuartal sebanyak 2,73 persen yoy di Kuartal II. Namun, laju penurunannya telah melandai dari 3,88 persen di kuartal I 2016 dan minus 6,44 persen di kuartal IV 2015.

Ho menilai, sejauh ini keringanan moneter yang dikeluarkan secara agresif oleh Bank Indonesia sejak awal tahun tidak mampu memperkuat pertumbuhan. Hal ini dapat diperbaiki lagi dengan peraturan moneter terkait arus masuk dana pengampunan pajak.

"Didasari oleh rendahnya inflasi dan juga stabilnya nilai mata uang rupiah, kami memperkirakan akan ada lagi pemotongan sebesar 25 bps di Agustus/September mengikuti perubahan di suku bunga acuan 7-day reverse repo rate dari suku bunga satu bulan BI yang berlaku di bulan ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement