REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (4/8) pagi, bergerak melemah sebesar 17 poin menjadi Rp 13.121 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.104 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali mengalami depresiasi terhadap dolar AS menyusul sebagian pelaku pasar uang yang mengambil posisi hati-hati menjelang akan dirilisnya data produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2016.
"Diharapkan, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan sehingga pelemahan rupiah hanya bersifat jangka pendek," katanya di Jakarta, Kamis (4/8).
Ia menambahkan bahwa sentimen amnesti pajak juga masih akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga pelemahan yang terjadi Kamis ini relatif terbatas. "Amnesti pajak masih akan menjadi katalis positif ke depan bagi mata uang domestik, karena efek dari kebijakan itu terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup positif," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi yang positif akan mendorong aliran dana repatriasi masuk ke dalam negeri sehingga permintaan rupiah tinggi yang akhirnya dapat mengangkat rupiah.