REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Aljazair sepakat menjalin kerja sama bilateral untuk pengembangan sektor industri. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat kedua negara.
Kesepakatan tersebut diawali dengan penandatanganan MoU tentang kerja sama dalam bidang pengembangan sektor industri antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dengan Kementerian Perindustrian dan Pertambangan Republik Demokratik Rakyat Aljazair. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyambut baik terjalinnya kesepakatan bilateral ini. Diharapkan MoU ini menjadi awal peningkatan kerja sama ekonomi yang lebih luas bagi Indonesia dan Aljazair.
"Kerja sama di sektor industri ini merupakan yang pertama antar kedua negara, dan akan menjadi payung hukum untuk mempercepat kerja sama berikutnya pada masa mendatang," ujar Airlangga di Jakarta, Rabu (3/8).
Airlangga mengatakan, cakupan MoU meliputi kerja sama di industri tekstil, industri bahan bangunan, industri furnitur, industri suku cadang dan komponen, industri petrokimia dan pupuk, industri berbasis logam, industri berbasis material non-logam, industri berbasis agro, mesin pertanian, peralatan energi, serta industri strategis lainnya yang ditentukan dan disepakati kedua pihak. Berbagai program dan kegiatan yang akan dilakukan bersama, antara lain pembinaan kemitraan pemerintah dengan swasta, penguatan dan pengembangan infrastruktur industri, serta pelaksanaan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kompetensi di bidang teknologi dan investasi industri.
Sejauh ini, ada dua perusahaan Indonesia yang telah berinvestasi di Aljazair. Perusahaan tersebut yakni Pertamina selaku BUMN yang berinvestasi di sektor migas, dan Indorama Group dari industri swasta kita yang berinvestasi senilai 4,7 miliar dolar AS. Indorama Group membangun pabrik pengolahan fosfat untuk industri pupuk dan petrokimia di sana. Airlangga berharap melalui adanya kerja sama dengan Aljazair, maka akan memudahkan masuknya produk industri asal Indonesia ke pasar Eropa. "Karena Aljazair dengan Uni Eropa sudah punya perjanjian perdagangan," kata Airlangga.
Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Pertambangan Aljazair Abdessalem Bouchoureb mengharapkan, melalui MoU ini kedua belah pihak dapat lebih meningkatkan perekonomian, investasi, dan kerja sama teknik pada sektor industri terpilih yang saling menguntungkan. Menurutnya, kesepakatan untuk meletakkan landasan kerja sama di bidang-bidang industri tersebut sangat penting. Apalagi, Aljazair merupakan negara yang strategis dan memiliki pangsa pasar besar.
"Saya juga berharap kedua negara dapat memperkuat kerja sama bidang industri dengan prinsip saling menguntungkan," kata Abdesselam.
Dalam melakukan kerja sama dengan negara Timur Tengah membutuhkan persetujuan terlebih dahulu dari level pemerintah untuk mempermudah terjalinnya kerja sama di level swasta. Hal ini merupakan kecenderungan negara-negara Timur Tengah yang bersifat top down dalam melakukan hubungan kerja sama.