Selasa 02 Aug 2016 12:36 WIB

Jokowi: Umat Islam Harus Perkuat Nilai Fundamental Hadapi Ekonomi Global

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo menjelaskan, aneka teror terjadi di berbagai belahan dunia dan kondisi politik belum menentu. Ekonomi global setelah delapan tahun melalui krisis belum sepenuhnya pulih. Di tengah kondisi itu, umat Islam harus menguatkan nilai-nilai fundamentalnya.

Umat Muslim, menurutnya, juga menghadapi tantangan. Penggangguran di kalangan kaum muda Muslim terbilang besar. Umat Islam pun belum menguasai media dan teknologi informasi sehingga kalah unggul dalam membentuk persepsi.

Jokowi mengatakan komunitas Muslim global punya porsi pemuda yang besar dengan rata-rata usia 21-33 tahun. Jika mereka tidak diedukasi dan diberi pelatihan, umat Islam bisa tertinggal.

Menurutnya, tak ada jalan pintas untuk membangun ekonomi umat. Kerja-kerja sulit dan rumit dalam membangun industri yang menciptakan lapangan kerja, kata Jokowi, harus dilakukan. Menurutnya, edukasi dan pelatihan generasi muda adalah kebutuhan dalam menghadapi abad 21.

''Bagaimana caranya? Selangkah demi selangkah. Perlahan-lahan,'' kata Jokowi saat membuka Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) ke 12, Selasa (2/8).

Di sisi lain, Jokowi mengatakan, umat Islam punya industri keuangan syariah bernilai triliunan dolar AS. Fesyen Islam, kuliner halal, seni, dan karya kreatif lain jadi memiliki potensi besar sekaligus sumber ekonomi baru.

Jokowi mengungkapkan umat Islam hidup di tengah perkembangan inovasi teknologi. Sementara di sisi lain umat juga hidup di dunia yang rapuh. Inovasi menghasilkan kelompok yang menang dan kalah. Bila tidak hati-hati, kelompok yang kalah akan makin banyak.

''Umat Islam harus hati-hati pada inovasi yang dilatarbelakangi ketamakan. Inovasi harus juga berorientasi pada pemerataan dan hanya pemerintah yang bisa memeratakan inovasi,'' ungkap Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement