REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada Kamis (28/7) setelah ada perombakan kabinet kerja pemerintahan Jokowi-JK. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah menguat 17 poin ke level Rp 13.113 per dolar AS. Sebelumnya pada Rabu (27/7), rupiah menguat 20 poin dari Rp 13.150 menjadi Rp 13.130 per dolar AS.
Analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada menjelaskan, laju dolar AS yang mampu berbalik arah membuat mata uang poundsterling dan euro bergerak terbatas pada perdagangan kemarin jelang diadakannya pertemuan FOMC. Perkiraan suku bunga yang masih diprediksi tetap, membuat dolar AS bergerak menguat dengan adanya momentum ini. Walaupun jelang akhir perdagangan, penguatan kian terbatas.
"Adanya sentimen dari dalam negeri seperti perombakan kabinet membuat rupiah bergerak menguat beriringan dengan penguatan USD sebelumnya," ujar Reza pada Republika.co.id, Kamis (27/7).
Pelemahan lanjutan harga minyak dunia, membuat rupiah sebagai mata uang yang berbasis komoditas bergerak tertekan sepanjang perdagangan kemarin. Meski masih dalam kategori melemah tipis tetapi, pergerakan rupiah berpeluang untuk melanjutkan pelemahannya jika tidak adanya sentimen positif yang menahan pelemahan.
Adanya reshuffle kabinet oleh Jokowi, membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi belinya terhadap rupiah. Kembali hadirnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dinilai direspon positif oleh para pelaku pasar sehingga mampu mengantarkan penguatan rupiah.
"Diharapkan momentum penguatan ini masih dapat berlanjut hingga rupiah dapat bergerak mematahkan trend sideways-nya selama ini dengan support Rp 13.155 serta resisten Rp 13.090," katanya.