REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semester pertama 2016 belum memberikan pertumbuhan ekonomi cukup baik untuk Indonesia. Meski pertumbuhannya perekonomian pada kuartal I 2016 mencapai 4,9 persen lebih baik dibandingkan 2015, tapi nilai ini kurang baik dengan target awal pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen.
Ditambah dengan pendapatan pajak yang belum sesuai ekspetasi, pemerintah pun kahirnya mengkoreksi Pertumbuhan Ekonomi 2016 di angka 5,2 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform in Economics (CORE) Hendri Saparini mengatakan, niatan pemerintah untuk menggenjot pendapatan dari komoditas yang di ekspor sulit didapat. Apalagi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia juga masih belum tumbuh secara baik.
"Kita harus mencari peluang baru karena peluang yang biasa dilakukan sangat terbatas. Salah satu cara adanya menggenjot infrastruktur dan memperbanyak belanja negara," kata Hendri dalam diskusi di kantornya, Rabu (20/7).
Namun, untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian melalui belanja infrastruktur dan belanja negara kembali akan terhambat dana dari pendapatan negara yang tak kunjung membaik. Kekurangan ini dipastikan bakal berpengaruh pada kinerja Kementerian dan Lembaga (K/L) dalam mengakselerasikan setiap program yang sudah dipersiapkan sejak awal tahun. Apalagi pemerintah sudah memastikan untuk memotong sejumlah K/L karena dana dari pajak belum memperlihatkan perbaikan.