Selasa 19 Jul 2016 18:03 WIB

Pertamina Kejar Terus Proyek East Natuna

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ladang Migas
Ladang Migas

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- ‎PT Pertamina (Persero) terus melakukan kajian terkait potensi cadangan gas yang cukup besar di wilayah kerja East Natuna. Kajian ini dilakukan karena pada area eksplorasi tersebut‎ memiliki kandungan CO2 yang cukup tinggi mencapai 72 persen.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, proyek di East Natuna memang memiliki tantangan tersendiri, tapi hal ini tidak akan menyurutkan keinginan Pertamina untuk melakukan kajian dan produksi minyak dan gas (migas) di wilayah tersebut. Apalagi cadangan gas bersih di Natuna sangat berpotensi mencapai 46 CTF.

Wianda menuturkan, saat ini pihaknya melalui konsorsium yang telah dibentuk yakni dengan Exxonmobil dan PTTEP Thailand telah melakukan studi kelayakan di East Natuna. Dalam konsorsium ini Pertamina dan perusahaan lain telah miliki‎ Perjanjian Principle of Agreement (POA) antara konsorsium dengan Migas yang dimaksudkan untuk mengevaluasi teknis komersil dalam rangkan menyiapkan PSC East Natuna.

"‎Untuk mendukung ini, konsorsium saat ini sedang melakukan studi teknologi dan market untuk East Natuna, yang diharapkan akan berlangsung hingga 2017," kata Wianda, Selasa (19/7).

Menurut Wianda, pihaknya juga masih menunggu rencana Production Sharing Contract (PSC) yang masih dibahas oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas. Sebab penyelesaian ini akan sangat berdampak positif untuk pengembangan East Natuna.

Selain East Natuna, Pertamina juga fokus untuk mengelola Blok Mahakam. Bakan Pertamina telah membentuk Tim Persiapan Pengelolaan Mahakam (TPPM) bersama SKK Migas dan Total yang telah dibentuk sejak 2015 untuk melaksanakan alih kelola.

Tim ini pun telah melakukan sejumlah rencana kerja alih kelola yang meliputi pengalihan data, asset dan inventori, kontrak kerja, sistem operasi hingga persoalan keuangan dan akutansi. "Kita juga sudah melakukan program kerja dan anggaran 2016-2017 yang meliputi studi subsurface dan kegiatan pemboran sumur produksi dengan tujuan utama mengoptimalkan tingkat produksi gas setelah Januari 2018," ungkap Wianda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement