Selasa 19 Jul 2016 07:51 WIB

BI: Dana Asing Masuk Hingga Rp 110 Triliun akan Perkuat Rupiah

Red: Nur Aini
Rupiah (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Rupiah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai dana asing masuk (capital inflow) ke Indonesia yang mencapai Rp 110 triliun hingga pertengahan Juli ini dapat menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.

"Tanggal 15 Juli ada Rp 110 triliun sedangkan tahun lalu, satu tahun Rp 55 triliun. Kita melihat bahwa ini baik untuk mendukung penguatan rupiah," ujar Agus, usai rapat kerja dengan Komisi XI, di Jakarta, Senin (18/7) malam.

Agus menuturkan, kenaikan capital inflow tersebut disebabkan oleh instrumen investasi di pasar modal, obligasi, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat. Dengan sudah disahkan Undang Undang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty, ia meyakini arus modal asing yang masuk ke Tanah Air akan semakin banyak. "Kalau tadi didiskusikan tentang tax amnesty, kita masih merasa sepanjang tahun ini, kuartal empat ada sumber dana masuk yang cukup kuat," kata Agus.

BI memperkirakan, hingga akhir tahun ini, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada pada kisaran Rp 13 ribu per dolar AS. "Year to date sampai 15 Juli 2016 Rp 13.400. Dengan kondisi sekarang ada di kisaran Rp 13.090-Rp 13.095, akan membuat rata-rata nilai tukar Rp 13 ribu per dolar AS," ujar Agus.

Sementara itu, untuk 2017, BI memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di kisaran Rp 13.300-Rp 13.600 per dolar AS.

Program Tax Amnesty diyakini dapat membantu menarik arus modal asing ke dalam negeri. "Program Tax Amnesty yang akan membawa dana masuk ke Indonesia dalam bentuk repatriasi, membuat ketersediaan valas cukup besar," katanya.

Berdasarkan kajian BI, dengan dukungan amnesti pajak, secara baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 dapat mencapai 5,3 persen dan 5,7 persen pada 2017. "Baseline kita, penerimaan negara dalam bentuk tebusan dalam dan luar negeri Rp 55 triliun dan repatriasi di kisaran Rp 500 triliun," kata Agus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement