REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Muladno menyebut agenda integrasi pasar daging sapi merupakan keinginan yang baik. Namun meresponsnya tidak semudah yang dikatakan mengingat pasar daging dalam negeri saat ini yang masih karut marut.
"Kita harus terlebih dahulu membenahi RPH, di tingkat hulunya dibenahi dengan Sentra Peternakan Rakyat (SPR), berproses," kata Muladno kepada Republika.co.id, Senin (11/7). Para peternak lokal dinilai harus terus dikonsolidasikan secara berjamaah sehingga mempermudah rantai tata niaga.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution ingin mendesain pasar daging terintegrasi berdasarkan jenis dan bagian-bagiannya. Salah satu tujuannya agar disparitas harga daging yang berbeda jenis tidak terlalu jauh bahkan memiliki harga tengah. Darmin menilai pasar daging sapi saat ini tidak benar-benar utuh, misalnya terdapat pasar daging impor beku, tapi belum menyatu dengan pasar daging segar.
Muladno menyebut, proses SPR tidak seperti main sulap tapi berproses dan membutuhkan upaya berkelanjutan. SPR juga perlu disertai dengan pembukaan bisnis sapi untuk peternak kecil, membangun koperasi peternak dalam jumlah besar dan mendesain RPH ramah lingkungan.
"Jangan sampai ada limbah yang dibuang, padahal itu duit semua, produksi daging harus efektif dan efisien," tuturnya. Hal tersebut belum dilakukan tapi pemerintah bersama peternak sedang mengupayakannya. Proses produksi dan distribusi yang efisien akan memengaruhi harga daging sapi menjadi lebih rendah di pasar secara normal.
SPR saat ini telah berjumlah 55 unit di mana per SPR rata-rata memiliki seribu sapi indukan beserta para peternak tangguh. Kementan menargetkan penambahan SPR hingga 2017 sebanyak 200 unit. Diharapkan SPR yang banyak akan mempercepat upaya konsolidasi peternak sehingga berdaya saing.