Senin 27 Jun 2016 21:57 WIB

Brexit Membuat Sejumlah Mata Uang Bergerak Sangat Fluktuatif

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Brexit
Foto: Ap Photo
Brexit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajak pendapat atau referendum posisi Inggris di Uni Eropa selesai digelar. Hasilnya, 51,85 persen penduduk Inggris sepakat untuk meninggalkan Uni Eropa.

Keadaan tersebut membuat beberapa mata uang seperti poundsterling (GBP), euro (EUR), rupiah, serta mata uang Asia lainnya bergerak sangat fluktuatif. Pada akhir pekan kemarin misalnya, GBP/USD (membeli poundsterling menggunakan dolar AS) bahkan sempat melemah hingga 10 persen. Sedangkan USD/JPY (membeli dolar AS menggunakan yen Jepang) sempat menyentuh level 99, atau level terendah dalam 30 tahun terakhir.

"Kepanikan yang melanda membuat rupiah terdepresiasi," ujar Kepala Analis Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada belum lama ini.

Senada dengan EUR dan GBP, terlihat pergerakan rupiah yang berhasil kembali menguat. Tampak rupiah menguat memanfaatkan USD yang tertekan selama referendum Brexit ini digelar. Sementara itu, pelaku pasar masih berhati-hati dalam mengambil keputusan atau melakukan akumulasi lebih lanjut meski sejauh ini ekspektasi pasar masih tertuju pada Bremain yang tergambarkan pada penguatan GBP dan EUR.

Reza mengatakan Brexit memancing adanya panic selling. "Terutama dari pelaku pasar lokal yang mayoritas mudah terprovokasi ikut panik tanpa melihat secara rasional seberapa besar dampak langsung Brexit pada pasar keuangan maupun ekonomi Indonesia," kata dia. Namun pada akhirnya pelaku pasar kemungkinan merasa bahwa efek Brexit lebih mengarah kepada sentimen dibandingkan efek fundamentalnya.

Brexit kata dia, membuat tekanan pada mayoritas bursa saham global termasuk pasar saham Asia. Anjloknya GBP dan EUR membuat pelaku pasar mencari mata uang save heaven lainnya dan membuat yen meningkat tajam.

Laju USD/JPY yang sempat anjlok ke level 99/USD atau terendah dalam 30 tahun terakhir turut menekan indeks Nikkei yang terpaksa di suspen karena telah melemah hingga lebih dari delapan persen. Pelemahan indeks Nikkei dipimpin oleh saham-saham yang erat korelasinya terhadap ekspor Jepang serta transaksinya terhadap Inggris. Sentimen Brexit inipun turut menyengat bursa saham Asia lainnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement