REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong mengakui bahwa pemerintah terlambat dalam pelaksanaan impor sapi bakalan. Padahal, rencana impor ini sudah dibahas dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak Desember 2015.
"Dalam rapat koordinasi di Kemenko Perekonomian sudah dihitung dan diputuskan, namun dalam pelaksanaannya kami lengah dan telat untuk mengadakan stok," ujar Thomas usai melakukan sidak di Pasar Rawamangun dan Pasar Kramat Jati di Jakarta, Jumat (10/6).
Thomas menjelaskan, mempersiapkan daging sapi memerlukan waktu panjang dan tidak bisa mendadak. Sebab, sapi harus melewati masa penggemukan terlebih dahulu di feedlot selama empat bulan, dan jika belum mencapai batas tersebut maka sapi belum bisa dipotong.
Thomas mengakui, untuk sementara pemerintah melonggarkan agar sapi bakalan yang belum mencapai empat bulan di tingkat penggemukan bisa dilepas. "Kita harus all out untuk tambah stok dari lokal maupun impor untuk memastikan pasok memadai, dan akan tambah terus sampai harga redam," kata Thomas.
Thomas mengatakan, sampai saat ini pasokan daging impor terus berdatangan khususnya dari Australia. Pemerintah berencana untuk memperlebar pasar impor asal negara daging sapi sehingga tidak terus menerus bergantung pada Australia. Namun, Thomas masih enggan menyebutkan negara yang menjadi target untuk mengimpor daging sapi maupun sapi bakalan ke Indonesia.