Kamis 09 Jun 2016 22:21 WIB

Mendag: Belum Ada Perubahan Impor Gula Mentah

Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan belum ada perubahan terkait importasi raw sugar atau gula mentah sebesar 381 ribu ton yang rencananya digunakan menambah pasokan khususnya pada Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

"Kalau gula tidak ada perubahan dari pernyataan-pernyataan saya dalam seminggu dua minggu terakhir ini, rencananya masih sama yaitu importasi 381 ribu ton gula mentah atau raw sugar tidak ada perubahan sampai saat ini," kata Mendag setelah menghadiri rakor bahan pangan di Kemenko Perekenomian, Jakarta, Kamis (10/6).

Sementara itu, terkait izin dari importasi raw sugar tersebut, Mendag hanya menyatakan dalam waktu dekat izin tersebut akan keluar. "Dalam waktu dekat," ucap Mendag.

Sebelumnya, anggota Komisi VI DPR Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka berharap pemerintah tidak terburu-buru untuk segera mengeluarkan izin impor 381 ribu ton gula mentah tersebut. "Mengenai impor gula mentah sebesar 381 ribu ton, kami harap Komisi VI bisa mencegah agar pemerintah tidak terburu-buru untuk melakukan impor," kata anggota Rieke.

Rieke mempertanyakan rencana pemerintah mengimpor 381 ribu ton gula mentah tersebut karena proses untuk importasi membutuhkan waktu dan diperkirakan pada saat gula mentah tersebut masuk Indonesia bertepatan dengan waktu giling tebu petani.

"Perlu beberapa waktu dan masuknya bertepatan dengan waktu digilingnya tebu hasil petani, yang pasti akan memukul petani tebu kita. Saya menolak rencana impor gula mentah tersebut secara pribadi, karena belum jelas roadmap impor tersebut," kata Rieke.

Pada 2016, pemerintah menyatakan bahwa alokasi impor gula mentah atau raw sugar sebanyak 3,22 juta ton, di mana angka tersebut naik sebesar lima persen dikarenakan kebutuhan industri makanan minuman untuk gula rafinasi mengalami rata-rata pertumbuhan diatas delapan persen per tahunnya. Perkiraan kebutuhan gula rafinasi tahun 2016 tersebut diambil dari angka pertumbuhan moderat sebesar lima persen dari kebutuhan 2015 yang sebesar 2,89 juta ton.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement