REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa (7/6) ditutup menguat 107 poin atau 0,80 persen ke Rp 13.263 per dolar AS. Ekonom dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan rupiah dikarenakan faktor eksternal.
Menurut Lana, sentimen yang mempengaruhi pasar datang dari pidato Gubernur bank sentral AS, the Fed kemarin yang mensinyalkan potensi kenaikan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat walaupun diyakini ekonomi AS semakin baik. Pernyataan ini memberi implikasi kemungkinan kenaikan tidak pada pertemuan Juni atau bahkan Juli.
"Dari Amerika, gubernur bank sentral menentukan pidato kalau Fed Fund Rate tidak naik Juni atau Juli, mungkin baru september. Jadi direspon positif dengan USD melemah, otomatis mata uang yang lain menguat. Bukan rupiahnya menguat karena kondisi dalam negeri," ujar Lana pada Republika.co.id, Selasa (7/6).
Lana menjelaskan, saat ini rupiah memang masih dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sementara faktor domestik, pada Juni ini biasanya ada pelemahan karena ada permintaan dolar AS yang cukup besar untuk pembayaran utang luar negeri, repatriasi, bayar dividen ke luar negeri atau bayar keuntungan di luar negeri.
"Kalau domestik bulan Juni ini biasanya itu ada pelemahan karena ada permintaan dolar AS yang cukup besar, seperti yang terjadi sejak Mei minggu kedua, rupiah sempat melemah hingga Rp 13.600 (per dolar AS) itu karena efek dalam negeri. Tapi biasanya setelah lewat Juni relatif stabil. Nah seperti sekarang ini pengaruh eksternalnya lebih kuat," ujarnya.
Proyeksi nilai tukar rupiah ke depannya, kata Lana, bergantung pada siklus. Menurutnya ke depan lebih banyak faktor eksternal dibandingkan domestik. Karena di domestik permintaan dolar agak mereda.
Sementara untuk faktor domestik, ia meyakini belum ada yang dapat memperkuat nilai tukar rupiah. Apalagi karena saat ini ekonomi domestik cenderung melemah.
"Faktor domestik tidak ada, biasanya pengaruhnya demand ya. Karena ekspor kita belum membaik, kita belum bisa harapkan terjadi penguatan. Ekonomi kita kan lagi melemah juga. Kalau melemah ya diikuti dengan mata uang yang juga relatif melemah," ujarnya.