REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutf Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, paket-paket kebijakan belum terimplementasi dengan baik. Sehingga, selusin paket kebijakan yang telah dikeluarkan belum mampu mengatrol tingkat daya saing Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global. Tingkat daya saing Indonesia justru melorot.
Berdasarkan laporan IMD World Competitiveness Yearbook 2016, daya saing Indonesia berada di peringkat 48. Padahal, tahun lalu Indonesia menempati urutan ke-42 dari 61 negara.
"Paket kebijakan dibuat salah satunya untuk mempercepat realisasi investasi. Tapi kenyatannya, paket kebijakan masih menemui kendala dalam implementasi," kata Enny, Jumat (3/6).
Dalam paket kebijakan satu, kata Enny, pemerintah berupaya menyederhanakan perizinan dan birokrasi. Kalau paket tersebut benar-benar konkret, mestinya langsung berdampak terhadap realisasi investasi.
Namun yang terjadi malah penurunan persentase realisasi investasi. Enny mengatakan, komitmen investasi yang didapat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sepanjang 2015 mencapai Rp 1.800 triliun. Akan tetapi, realisasi investasinya hanya sekitar Rp 500 triliun.
Padahal, kata Enny, realisasi investasi dalam setiap tahunnya biasanya mencapai 50 persen. "Tapi, tahun lalu kan tidak sampai 50 persen. Hanya sekitar 35 persen berarti turun," ujar dia.