Rabu 01 Jun 2016 20:19 WIB

Jokowi: Pengembangan PLTN Masih Dikaji Plus-Minus-nya

Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit listrik tenaga nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia saat ini masih dalam proses perhitungan plus-minusnya.

"Saya sudah perintahkan untuk dikalkulasi seperti apa plus-minusnya," kata Presiden Jokowi di sela meninjau proyek pembangkit Mobile Power Plant (MPP) Air Anyir Bangka Belitung, Rabu.

Pemerintah terkesan tidak terburu-buru untuk mengembangkan PLTN di Tanah Air. "Kita masih mempunyai sumber pembangkit listrik yang lain," katanya.

Ia mencontohkan sumber tenaga pembangkit listrik microhidro yang belum dikerjakan. Juga panas bumi atau geothermal yang potensinya dapat menghasilkan daya listrik hingga sekitar 9.000 MW.

Presiden Jokowi yang didampingi Dirut PT PLN Sofyan Basir dan Menteri BUMN Rini Soemarno juga menyebutkan sumber pembangkit listrik lainnya yaitu angin dan ombak atau arus laut.

Sementara itu mengenai pembangunan MPP di Bangka itu, Presiden mengatakan MPP berkapasitas 2x25 MW itu akan segera selesai pengerjaannya. Demikian juga dengan pengerjaan MPP Belitung berkapasitas 1x25 MW.

"Ini akan segera selesai sehingga keluhan dari industri, hotel dan masyarakat bisa segera diatasi," katanya.

Presiden Jokowi menyebutkan MPP itu menggunakan sumber tenaga gas sehingga pengerjaannya dapat cepat selesai. "Pengerjaannya bisa cepat sekitar enam bulan, kalau memakai batu bara baru selesai 4 tahun," kata Jokowi.

Ia menyebutkan khusus MPP Bangka, pembangkit itu sudah dalam tahap konstruksi, tinggal menempatkan mesin pembangkitnya saja dan langsung bisa disambungkan ke transmisi yang ada.

Presiden menyebutkan tidak ada masalah dengan pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik itu.

"Sudah diperhitungkan kebutuhannya, disuplai oleh Perusahaan Gas Negara, PGN," kata Presiden Jokowi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement