Ahad 29 May 2016 18:38 WIB

Disinsentif untuk Bank Dinilai tak Tepat

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --‎ Bank Indonesia (BI) berencana memberikan disinsentif kepada bank yang cenderung malas menyalurkan kredit untuk nasabah baru.  Ekonom BCA David Sumual menilai disintensif untuk perbankan belum tepat jika dilakukan di saat pertumbuhan perekonomian sedang melemah.

"Melihat perekonomian melemah, bank juga agak riskan memberikan kredit karena ada pelemahan ekonomi. Takutnya ini membuat kredit macet semakin bertambah," ujar Sumual, Ahad (29/5).

Selain memperhitungkan peningkatan kredit macet, Sumual menilai bahwa masyarakat saat ini masih kesulitan mencari peluang bisnis di saat pelemahan ekonomi. Hal ini dinilai membuat banyak pelaku usaha yang baru masih sedikit yang bermunculan. Hasilnya kredit yang diberikan bank masih cenderung kepada pelaku usaha besar.

Menurutnya, BI‎ dan pemerintah seharusnya memberikan insentif lain kepada bank maupun masyarakat sehingga mereka mau memanfaatkan kredit melalui kredit usaha rakayat (KUR), atau mencari segmentasi lain yang bisa menyerap KUR agar menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi dari Permata Bank, Josua Pardede menuturkan bahwa keinginan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan usaha mikro kecil dan Menangah (UMKM) melalui suntikan KUR memang masih sulit dikembangkan. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian di seluruh sektor masih belum stabil.

"Hal ini berdampak pada premium risiko yang meningkat seiring dengan NPL (Nonperforming Loan/ kredit bermasalah‎) yang meningkat. Sehingga penurunan dari suku bunga kredit juga tidak secepat dari penurunan BI Rate yang sejauh ini sudah turun 75 bps," kata Josua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement