REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengimpor sejumlah bahan pokok menjelang Ramadhan, seperti bawang merah dan daging sapi. Untuk bawang merah, Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution beralasan, impor dilakukan karena suplai bahan pokok ini mulai surut.
Namun, berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) RI, stok bawang merah di gudang-gudang Bulog melimpah. Bahkan, petani sudah siap panen pada Juni dengan estimasi produksi 126.130 ton. Selain itu, produksi juga diperkirakan melimpah pada Juli mendatang. Yakni 137.807 ton, sementara kebutuhan hanya 89.615 ton.
Anggota Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam mempertanyakan rencana pemerintah mengimpor bawang merah. Menurut dia, data yang dimiliki Kementan, merupakan data aktual di lapangan.
"Kalau itu melimpah, mestinya kemenko perekonomian harus koordinasi dengan kementerian pertanian, untuk memastikan ketersediaan bawang merah," kata Ibnu saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (28/5).
Ia menuturkan, sebelum memutuskan impor bahan pokok, Kemenko Bidang Perekonomian dan Kementerian BUMN harus koordinasi dengan Kementerian Pertanian. Jangan sampai, Ibnu mengatakan, kebijakan mengimpor itu, berdasarkan keinginan orang per orang saja. Namun, harus sesuai kebutuhan masyarakat.
"Karena ini kan menjelang Ramadhan, harga bahan pokok naik setiap tahun, dan itu berulang terus," ujar Ibnu.
Ia berpendapat, apabila data Kementan dan fakta di lapangan menunjukkan bawang merah melimpah, maka pemerintah tidak perlu impor. "Jangan sampai, ini menjadi permainan tengkulak, harganya naik di pasar, mereka menyerap bawang merah petani, tapi tak mau menjual di pasar," ucap dia.