REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Indonesia masih kekurangan pengusaha. Dari sekitar 250 juta penduduk, jumlah pengusaha di Indonesia hanya mencapai 1,56 persen.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia mengatakan, jumlah pengusaha di suatu negara idealnya minimal mencapai dua persen. "Untuk menuju ideal, berarti kita butuh 1,7 juta juta pengusaha baru," kata Bahlil dalam acara Jambore HIPMI Perguruan Tinggi di Universitas Telkom, Senin (23/5).
Bahlil menambahkan, jumlah pengusaha di Indonesia masih kalah dengan banyak negara Asean. Dia mengungkapkan, jumlah pengusaha di Singapura bahkan sudah mencapai tujuh persen, Malaysia empat persen, dan Vietnam 3,4 persen.
"Kalau kita menggunakan standar bank dunia yang minimal empat persen, artinya kita membutuhkan 5,8 juta generasi baru untuk jadi pelaku usaha. siapa yang harus mengisi ini?" ujar Bahlil.
Bahlil mengungkapkan, masih minimnya jumlah pengusaha ini salah satunya disebabkan karena para sarjana masih lebih memilih menjadi karyawan. Berdasarkan survei Hipmi, kata Bahlil, 83 persen dari sebanyak lima juta mahasiswa, cenderung ingin menjadi karyawan. Empat persen menjadi wiraswasta dan selebihnya ingin bekerja sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan politisi.
Dia menyarankan agar perguruan tinggi mengubah paradigma kepada para mahasiswa. "Orientasi perguruan tinggi masih menciptakan pekerja, bukan menciptakan pencipta lapangan pekerjaan," ujar Bahlil.