Jumat 20 May 2016 17:06 WIB

Hipmi Bertekad Cetak Lebih Banyak Pengusaha Muda Berkualitas

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Hazliansyah
Ketua BPP HIPMI Bahlil Lahadalia (kedua kanan),bersama Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika (kanan), Pakar Hukum Tata Negara Rifky Karsa Yuda (kedua kiri), dan Peneliti INDEF Aryo Irdharma (kiri) saat menjadi pembicara dalam diskusi terkait kasus Freeport
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua BPP HIPMI Bahlil Lahadalia (kedua kanan),bersama Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika (kanan), Pakar Hukum Tata Negara Rifky Karsa Yuda (kedua kiri), dan Peneliti INDEF Aryo Irdharma (kiri) saat menjadi pembicara dalam diskusi terkait kasus Freeport

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memilki potensi kekayaan yang luar biasa untuk bisa unggul dalam persaingan global. Kendati demikian, Indonesia nyatanya masih tertinggal jauh dibanding dengan negara- negara tetangga di ASEAN. Melalui kegiatan Jambore Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi)‎, organisasi ini bertekad untuk mencetak pengusaha-pengusaha muda berkualitas.

“SDA (Sumber Daya Alam,red) belum bisa diolah optimal menjadi barang bernilai tambah tinggi, begitu pun dengan pelayanan jasa yang masih perlu untuk terus dikembangkan. Nantinya dengan acara Hipmi Jambore kita terus berusaha mencetak pengusaha muda berkualitas,” ungkap Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi BPP Hipmi, Anggawira melalui siaran pers, Jumat (20/5).

Ketua Steering Commitee Jambore Hipmi Perguruan Tinggi ini menuturkan, belum tergeraknya perekonomian Indonesia secara optimal salah satunya karena masih minimnya warga negara yang menjadi pengusaha atau enterpreneur yang kreatif dan inovatif.   

Bahkan dari potret kuantitatif memperlihatkan bahwa Indonesia masih krisis wirausaha. Pengusaha di Indonesia hanya berjumlah 1,5 persen dari total penduduk. Angka ini tergolong sangat rendah dan jauh dibawah negara-negara ASEAN seperti Singapura, yang memiliki indeks tujuh persen, Malaysia lima persen, dan Thailand, 4,5 persen.

Dalam yang Kesempatan yang sama Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia sebetulnya sudah membuka peluang pasar yang seluas-luasnya dalam berbagai macam hal mulai dari perdagangan, investasi, hingga aliran modal. Maka, apabila Indonesia ingin unggul dalam persaingan percaturan liberalisasi tersebut, tidak ada pilihan lain selain meningkatkan produktivitas, dan daya saing komperatif yang tinggi.

“Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja industri serta penerapan teknologi industri berbasis sumber daya alam lokal,” ujar Bahlil.

Pengusaha muda, lanjut Bahlil, merupakan tenaga penggerak pembangunan. Ditangan pengusaha muda inilah proses penciptaan nilai tambah berbagai produk dalam negeri akan berbuah lebih cepat. Menurutnya ada lima peran yang dimainkan oleh enterpreneur dalam menggerakan perekonomian.

Lima peran ini meliputi, entrepreneur mampu membuka dan mengembangkan pasar baru, mampu menemukan sumber daya atau faktor produksi baru, entrepreneur dapat memobilisasi sumber daya modal, entrepreneur dekat dengan inovasi teknologi dan produk, entrepreneur menciptakan lapangan kerja.

Jika para pengusaha muda tidak mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas daya saing, jadi kita harus siap menghadapi pasar global ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement