REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin memperkirakan tingkat kenaikan harga pangan, khususnya beras, tidak akan signifikan pada bulan Ramadhan. "Menurut analisis saya, kenaikan paling besar 10 persen," kata Bustanul, Rabu (18/5).
Bustanul menjelaskan, harga beras tidak akan naik signifikan karena petani akan kembali panen pada periode Juli-Agustus. Para petani saat ini bisa menanam padi lantaran masih musim penghujan, meskipun baru saja melakukan panen.
"Dengan kondisi ini, pedagang tidak akan merasa khawatir dengan stok sehingga tidak akan melakukan penimbunan yang akhirnya dapat menaikkan harga," ujarnya.
Menurut Bustanul, yang perlu diwaspadai justru adalah pada periode November-Desember. Sebab, kalau manajemen stok tidak dilakukan dengan baik, akan terjadi lonjakan harga. Namun, dia meyakini pemerintah sudah mengantisipasinya.
Meski harga beras diprediksi terkendali, namun Bustanul mengkhawatirkan kenaikan harga pada sejumlah komoditas seperti bawang, gula, dan cabai. Ekonom Indef tersebut mengatakan, harga bawang mulai naik meskipun sudah mulai panen. Penyebabnya, karena sentra-sentra bawang sangat terbatas yang kebanyakan berada di Jawa sehingga menyulitkan distribusi untuk daerah-daerah yang bukan produsen bawang.
Dia menambahkan, kenaikan harga juga mulai terjadi pada gula. Menurut pengamatannya, harga gula sudah berada di kisaran Rp 13 ribu per kg. "Ini cukup tinggi. Persoalannya karena petani gula baru panen pada Juli sampai September," ucap dia.