REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif National Meat Processors Association Indonesia (NAMPA) Haniwar Syarif mengatakan, saat ini terjadi lonjakan impor sosis dari Malaysia dengan jumlah yang cukup tinggi. Menurutnya, lonjakan impor pada 2015 meningkat sebanyak 48 kali lipat dibandingkan dengan 2012.
"Harga produk sosis Malaysia separuh dari produk sosis di dalam negeri. Sekitar 98 persen sosis impor yang ada di Indonesia berasal dari Malysia," ujar Haniwar kepada Republika.co.id, Ahad (15/5).
Haniwar menjelaskan, produk sosis buatan Malaysia lebih murah karena negara tersebut memperbolehkan impor Mechanical Deboned Meat (MDM) sebagai bahan baku pembuatan sosis dengan harga murah dan kualitas bagus. Sementara, pemerintah Indonesia melarang impor MDM dan hal ini menjadi kendala bagi industri pengolahan sosis. Sebab, kualitas MDM di dalam negeri tidak terlalu bagus dan harganya mahal.
Haniwar menambahkan, saat ini kebutuhan MDM untuk industri pengolahan daging sekitar 3.000 ton. Dia berharap pemerintah bisa membuka impor MDM agar industri pengolahan daging di dalam negeri bisa bersaing dengan Malaysia, Filipina, dan Thailand terutama di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Haniwar mengatakan, NAMPA sudah beberapa kali mengirim surat kepada Kementerian Pertanian namun belum ditanggapi. Bahkan, menurutnya, Kementerian Perindustrian juga sudah berkirim surat kepada Kementerian Pertanian agar dapat membuka impor MDM untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan daging di Indonesia.
"Kami berharap menteri pertanian kali ini ada waktu dan beri tanggapan positif. Selama ini beliau kan belum sempat dengar langsung alasan dari kami," kata Haniwar.
Untuk diketahui, harga rata-rata sosis yang diimpor dari Malaysia yakni sekitar Rp 27 ribu per kilogram. Sedangkan, harga sosis di Indonesia antara Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per 300 gram.