Jumat 13 May 2016 18:27 WIB

Industri Pengolahan Daging Lokal Butuh Suplai Bahan Baku

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
Produk daging olahan dijual di supermarket
Produk daging olahan dijual di supermarket

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pengolahan daging yang berbahan baku dari Mechanical Deboned Meal (MDM) atau sisa daging bertulang masih mengeluh karena bahan baku yang dibutuhkan sangat minim. Selain kurang, harga MDM juga dianggap terlalu mahal untuk bersaing dengan produk olahan daging dari negara lain.

Ketua National Meat Processor Association (NAMPA) Ishana Mahisa mengatakan sejauh ini industri perunggasan yang juga memproduksi MDM merupakan industri besar yang terintegasi satu sama lain. Bukan hanya memproduksi MDM, industri ini juga membuat produk olahan dari bahan baku MDM. Hasilnya, bahan baku dari MDM yang akan dilepas ke industri pengolahan daging lain menjadi terbatas.

"Mereka pasti mengamankan produksi sendiri juga. Kalau sudah aman, mereka baru mau menjual ke industri lain," ujar Ishana, Jumat, (13/5).

Karena industri konsorsium ini yang memegang hak untuk memproduksi bahan baku dari MDM, mereka bisa menentukan harga yang dilempar ke industri lain. Hal ini yang membuat harga bahan bakku tersebut sangat jauh dibandingkan dengan harga bahan baku MDM industri negara lain seperti Malaysia yang didapat dari impor.

"Misalnya Malaysia dari Belanda dapat Rp 9 ribu per Kg kita dapat Rp 16 ribu per Kg. Ini harga kita 80 persen lebih mahal. Ini tidak baguslah," katanya.

Ishana menjelaskan, sebenarnya pada tahun 2009 pemerintah sempat memperbolehkan adanya impor MDM. Kemudahan ini mampu membuat harga produk olahan daging lebih murah untuk didapat masyarakat. Namun sejak tahun 2011, Kementerian Pertanian mencabut izin ini sehingga bahan baku dari MDM kembali dikuasai perusahaan-perusahaan besar saja.

Menurut dia, sejak ditiadakan keran impor bahan baku MDM, pihaknya telah beberapa kali melakukan diskusi dengan Kementerian Pertanian maupun Kementerian Koodrinator (Kemenko) Perekonomian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement