Kamis 28 Apr 2016 20:52 WIB

Industri Wisata Tunggu Infrastruktur Indonesia Timur

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pengunjung berjalan menuju dermaga Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, NTT.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengunjung berjalan menuju dermaga Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku usaha yang bergerak di industri pariwisata menanti rampungnya pembangunan infrastruktur di Indonesia bagian timur. Infrastruktur dinilai menjadi kunci bagi pembangunan sarana wisata penunjang seperti hotel dan pembangunan fasilitas atraksi unggulan untuk menarik pelancong dari dalam dan luar negeri.

Wakil Presiden Pengembangan sekaligus Direktur Eksekutif untuk jaringan Accor Hotels Indonesia dan Malaysia Rio Kondo mengaku, aksesibilitas menjadi salah satu poin utama sebelum investor memutuskan untuk membangun hotel baru di destinasi wisata baru.

Rio berharap pemerintah bisa menangkap apa yang investor inginkan agar pembangunan infrastruktur bisa gencar seiring dengan target pemerintah untuk mengundang lebih banyak lagi wisatawan mancanegara.

Indonesia bagian timur, bagi Rio, adalah pasar besar yang perlu digarap secara serius oleh pemerintah dan pelaku usaha. Ia melihat sejumlah poin yang akan dilihat oleh pelaku industri wisata sebelum memutuskan untuk membangun fasilitas penginapan termasuk ketersediaan akses bagi wisatawan, ketersediaan air bersih dan adanya suplai listrik.

"Untuk hotel, di manapun saya menuju destinasi baru tentu kita melihat aksesibilitas, dan berdasarkan kelas hotel tentu mengacu pada jenis bandara juga ya. Kedua adalah infrastruktur, orang harus punya akses baik untuk wisatawan dan penduduk lokal untuk akses lokasi wisata. Listrik, air, hal speerti itu juga sangat penting," ujar Rio saat menjadi pembicara dalam Hospitality Invesment Conference Indonesia, Kamis (28/4).

Kepala Bidang Investasi Pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Hengky Manurung menjelaskan, pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur.

Ia menjabarkan, melalui 10 destinasi wisata prioritas terpilih, sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sedang dibangun termasuk KEK Mandalika di Nusa Tenggara Barat, KEK Tanjung Lesung di Banten, dan KEK Morotai di Maluku Utara.

Hengky menungkapkan, aksesibilitas destinasi wisata seperti yang diminta oleh para pelaku usaha memang menjadi salah satu jurus pemerintah dalam menggaet wisatawan. Ia menyebutkan terdapat tiga cara sedang dikerjakan pemerintah yakni peningkatan atraksi wisata yang juga dilakukan bersama-sama dengan pemerintah daerah.

Peningkatan atraksi ini termasuk dengan mengadakan kegiatan atau festival budaaya untuk menarik wisatawan. Kedua, lanjut Hengky, adalah pembangunan aksesibilitas menuju destinasi wisata seperti jalan, rel kereta api, pelabuhan dan bandara. Kemudian upaya ketiga, jelas Hengky, adalah peningkatan penyediaan amenitas pariwisata baik pada prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata.

"Pariwisata jadi referensi dalam membangun infrastruktur karena terbukanya kantong-kantong ekonomi baru. Contohnya di Toba di Samosir sedang dibangun jalan ringroad di Samosir yang dulunya adalah jalan kecamatan. Sehingga pariwisata adalah refernesi untuk pembangunan infrastruktur," ujar Hengky.

Sementara itu, Direktur Horwath HTL Matt Gebbie juga mengakui adanya perkembangan yang pesat dalam hal pembangunan hotel dalam kurun waktu 15 tahun belakangan. Hanya saja ia menilai bahwa pembangunan yang terjadi masih terkonsentrasi di Indonesia bagian barat. Sementara Indonesia bagian timur masih belum banyak digarap.

"Langkah pemerintah untuk merilis 10 destinasi wisata prioritas menjadi jalan untuk membawa lebih banyak wisatawan dan pembangunan yang lebih banyak lagi," ujarnya.

Kementerian Pariwisata mencatat, kepercayaan invetor asing maupun dalam negeri maupun luar negeri untuk sektor pariwisata teruh bertambah, dimana pada tahun 2015 total investasi sektor pariwisata di Indonesia sebesar 1.049,07 juta dolar AS, yang terdiri dari 732,46 juta dolar AS untuk penanaman modal asing (PMA), dan 316,61 juta dolar AS Untuk PMDN.

Hal paling menarik pada tahun 2015 adalah nilai investasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) meningkat sebesar 82,93 persen dari nilai PMDN tahun 2014 dengan top five Provinsi tujuan investasi yakni Bali, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Riau.

Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) terjadi peningkatan sebesar 43,11 persen dari nilai PMA tahun 2014, dengan lokasi tujuan investasi di Bali, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Untuk PMA, Negara yang melakukan investasi pariwisata di Indonesia pada tahun 2015 sebagian besar didominasi oleh Sengapura dan disusul oleh British Virgin island, Hongkong, Seychelles, serta Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement