Senin 25 Apr 2016 18:05 WIB

Deflasi Berpeluang Terjadi pada April

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Ekonom dari Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan, kemungkinan terjadinya deflasi pada April 2016 ini. Hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran panen raya akibat dari hujan besar yang masih turun hingga bulan April.

“Beberapa hari lalu saya ke daerah, di Jateng dan Jatim. Di sana memang banyak yang baru mulai panen," kata David di Jakarta, Senin (25/4).

Menurut David, panen raya bergeser dari yang seharusnya dilakukan di bulan Maret, malah dilakukan pada April dan diprediksi hingga Mei. Sehingga ini akan menekan harga di April menjadi cukup rendah.

"Jadi bisa ada kemungkinan deflasi, tergantung manegemen distribusi. Karena di beberapa wilayah masih ada kondisi cuaca yang kurang kondusif,”kata David.

Bank Indonesia (BI) menilai, pada 2016 ini pihaknya masih akan menghadapi tantangan berat untuk mengendalikan inflasi, terutama yang bersumber dari komponen harga pangan bergejolak (volatile food).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, saat ini BI sedang mewaspadai potensi peningkatan inflasi dari komoditas pangan, terutama beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, daging ayam, dan sapi.

"Secara umum, komoditas volatile food menjadi penyebab utama inflasi," ujar Agus Martowardojo di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (25/4).

Agus menyebutkan, kontribusi terbesar pada inflasi pada Maret 2016 yang sebesar 0,19 persen, yaitu volatile food yang tercatat sebesar 0,75 persen month to month (mtm) atau secara tahunan 9,59 persen yoy, meningkat dari periode yang sama tahun lalu yaitu 0,68 persen.

"Inflasi ini bersumber dari komoditi bawang merah yang mengalami kenaikan harga mencapai 30,86 persen. Seiring meningkatnya intensitas hujan dan berakhirnya musim panen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement