REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Harga minyak dunia melonjak empat persen pada Rabu (20/4), dipicu berita penurunan produksi minyak mentah AS yang oleh pasar dinilai sebagai tanda pengetatan pasokan.
Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 1,55 dolar AS (3,8 persen) menjadi berakhir di 42,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, harga patokan Eropa, naik 1,77 dolar AS (4,0 persen) menjadi 45,80 dolar AS per barel.
"Pasar tampaknya melihat ke depan, dengan pandangan penurunan tingkat produksi AS dan gagasan bahwa kita akan terus melihat peningkatan permintaan global," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan produksi minyak AS turun lagi minggu lalu karena harga lemah dan berlimpahnya persediaan memukul para produsen dalam negeri. Produksi minyak mentah AS turun 24 ribu barel dalam pekan yang berakhir 15 April menjadi 8,95 juta barel per hari. Ini adalah minggu kedua berturut-turut di bawah ambang sembilan juta barel hari dan lebih dari 600 ribu barel di bawah puncak produksi pada pertengahan 2015.
Data itu diterbitkan beberapa hari setelah pertemuan tentang kelebihan pasokan di pasar antara produsen OPEC dan produsen non-OPEC, termasuk Rusia tapi bukan Amerika Serikat, gagal menghasilkan kesepakatan mengenai pembatasan produksi. Data menunjukkan bahwa sekalipun produsen-produsen lain tidak bereaksi terhadap jatuhnya harga minyak mentah, pengebor dengan sendirinya mengurangi produksi.
EIA memperkirakan produksi AS terus-menerus turun dengan rata-rata 8,6 juta barel per hari tahun ini, turun 800 ribu barel dari tahun lalu, dan 8,0 juta barel per hari pada 2017. Meskipun produksi lebih rendah, EIA mengatakan, bahwa stok komersial minyak mentah AS tetap pada tingkat mendekati rekor. Stok naik 2,1 juta barel pekan lalu menjadi 538,6 juta barel.
Harga minyak sebelumnya telah jatuh setelah pekerja industri minyak di Kuwait melakukan pemogokan yang dimulai pada Ahad dan telah memangkas produksi minyak mentah dan gas alam sebanyak lebih dari setengahnya. Produksi sebelum pemogokan diperkirakan kembali dalam tiga hari. "Pemogokan telah menempatkan pasar global ke dalam keseimbangan selama hampir seminggu," kata Tim Evans dari Citi Futures.