Rabu 20 Apr 2016 06:59 WIB

Pemogokan Buruh di Kuwait Dorong Kenaikan Harga Minyak

Red: Nur Aini
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)
Foto: Mentalfluss Blogspot
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Harga minyak mengakhiri penurunan beruntun empat hari pada Selasa (19/4), karena pengurangan tajam produksi di Kuwait akibat pemogokan oleh pekerja minyak. Pasar mengalihkan kekecewaan atas kegagalan pembicaraan para produsen utama di Doha pada Ahad untuk mengatasi kelebihan pasokan.

"Pasar memiliki ketahanan yang luar biasa terhadap diskon informasi bearish dan menyoroti informasi bullish selama dua bulan terakhir," kata Kyle Cooper dari IAF Advisors.

Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 1,30 dolar AS (3,3 persen) menjadi menetap di 41,08 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, harga patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni berakhir pada 44,03 dolar AS per barel, naik 1,12 dolar AS (2,6 persen) dari penutupan Senin.

Pemogokan di Kuwait, anggota OPEC terbesar keempat, memsuki hari ketiga pada Selasa. Perusahaan milik negara Kuwait Petroleum Corp mengatakan telah berhasil mengembalikan beberapa produksi yang terdampak, dengan produksi meningkat menjadi 1,5 juta barel per hari, setengah dari produkis normal dari 1,1 juta barel pada Ahad.

"Pasar tetap didukung oleh berkurangnya produksi karena pemogokan di Kuwait," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Bob Yawger dari Mizuho Securities menunjuk ke spekulasi bahwa pemogokan Kuwait bisa bertahan selama 10 hari. Yawger juga mencatat pelemahan dolar AS setelah laporan pembangunan perumahan AS mengecewakan dipandang sebagai mendukung kehati-hatian Federal Reserve dalam menaikkan suku bunganya. Dolar AS melemah mendukung semua komoditas yang dihargakan dalam dolar AS dan terutama minyak mentah.

Pasar menunggu laporan persediaan minyak mingguan AS pada Rabu. Stok minyak mentah komersial diperkirakan telah meningkat tiga juta barel dalam pekan yang berakhir 15 April, menurut analis yang disurvei oleh Bloomberg News, yang cenderung akan mendorong harga minyak lebih rendah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement