Jumat 15 Apr 2016 15:17 WIB

Moratorium Sawit akan Menciptakan Disiplin Bagi Pengusaha dan Petani

Sofyan Djalil
Sofyan Djalil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil menilai rencana pemerintah memoratorium pemberian izin konsesi lahan kelapa sawit di sejumlah provinsi Indonesia, dapat menciptakan disiplin bagi pengusaha dan petani.

"Itu ide yang bagus, moratorium sementara itu akan ciptakan disiplin terutamanya ya. Karena orang sekarang ini memiliki ladang yang luas tapi dengan produktivitas yang rendah," ujar Sofyan saat ditemui usai ibadah Jumatan di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta.

Presiden sendiri sebelumnya menilai, yang menjadi masalah saat ini yakni proses produksi kelapa sawit masih terlalu lama karena petani belum menggunakan bibit unggul.

Presiden meyakini, apabila petani melakukan pemilihan bibit unggul, maka tingkat produktivitas kelapa sawit dapat meningkat. Selain itu, masalah sawit juga timbul akibat telatnya peremajaan pohon.

Sofyan juga sepakat dengan penilaian presiden tersebut. Menurutnya, saat ini yang menjadi masalah adalah tingkat produktivitas perkebunan rakyat yang belum sama dengan tingkat produktivitas perkebunan perusahaan swasta.

"Saat ini perkebunan rakyat produktivitasnya 4 juta ton, padahal kalau kita bisa tingkatkan produktivitas perkebunan rakyat sama dengan tingkat produktivitas perkebunan perusahaan swasta, akan menambah tingkat produktivitas sawit sampai dengan 6-8 juta ton tanpa menambah luas," kata Sofyan.

Sementara itu, terkait dengan seberapa lama idealnya moratorium pemberian izin konsesi lahan kelapa sawit itu idealnya diberlakukan, Sofyan menilai perlu dilihat dan dievaluasi nantinya dampak dari kebijakan tersebut. Karena masih banyak sekali rakyat Indonesia yang menggantungkan kehidupannya pada komoditas sawit itu sendiri.

"Tapi sekarang ini yang jadi masalah adalah utilisasi atau pemanfaatan lahan itu belum optimum. Itu yang jadi tantangan pemerintah," ujar Sofyan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement