Selasa 12 Apr 2016 08:10 WIB

Perajin Kopi Luwak Diharap Bisa Tingkatkan Produksi

Kopi luwak berasal dari biji kopi pilihan hewan luwak.
Foto: dok Republika
Kopi luwak berasal dari biji kopi pilihan hewan luwak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Provinsi Lampung mengharapkan para perajin kopi luwak di daerah itu bisa meningkatkan produksi dan mutunya. Pasalnya, hingga saat ini permintaan kopi kategori premium tersebut tetap tinggi.

"Perajin kopi luwak Lampung dapat meningkatkan produksi maupun mutu, termasuk mencari pangsa ekspor sehingga permintaan atas kopi premium itu tinggi," kata Ketua Kompartemen Renlitbang AEKI Lampung Muchtar Lutfie di Bandarlampung, Selasa (12/4).

Selain itu, dia mengataka peran pemerintah daerah juga dibutuhkan untuk mempromosikan kopi bernilai jual tinggi tersebut ke sejumlah negara. Antara lain melalui pameran dan penyebaran pamflet.

Dia mengakui hingga saat ini ekspor kopi luwak dari Provinsi Lampung masih rendah. Produksi dan mutunya juga terus menurun. 

Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, dia mengatakan, ekspor kopi luwak pada Maret 2016 hanya senilai 225 dolar Amerika Serikat dengan volume 0,005 ton. Berdasarkan data itu, perajin kopi luwak Lampung masih kalah dengan produksi sejenis dari daerah lain, seperti di Jawa Timur.

Sejumlah perajin kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat mengaku permintaan atas kopi kategori premium tersebut masih tinggi. Meski pun kopi luwak juga diproduksi di daerah lainnya di Indonesia. "Permintaan atas kopi luwak Lampung masih tinggi, namun saingannya makin berat karena kopi luwak tak hanya diproduksi di wilayah Lampung," kata salah satu pengusaha kopi luwak, Gunawan, di Liwa Kabupaten Lampung Barat, sekitar 246 km barat Bandarlampung, beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan harga kopi luwak di Liwa mencapai Rp 600 ribu per kilogram. Namun harganya bisa turun jadi Rp 500 ribu per kilogram jika pembelian dalam partai besar. Harga kopi premium itu di Bandarlampung mencapai Rp 700 ribu per kilogram dan di Jakarta mencapai Rp 1,2 juta per kilogram. 

Menurut dia, mereka sejauh ini masih sulit mengekspor kopi luwak. Sebagian dari mereka belum berhasil mendapat sertifikasi mutu untuk ekspor kopi luwak. "Kami tak tahu cara mengekspor. Semestinya pemerintah membantu kami. Dalam hal mutu, pemerintah semestinya membantu menentukan standar melalui sertifikasi," katanya.

Ia menyebutkan produksi kopi luwak di Liwa dilaksanakan di rumah-rumah warga sehingga mereka perlu diberikan penyuluhan yang kontinyu tentang cara tepat memproduksi kopi luwak yang berkualitas ekspor. "Pemerintah daerah seharusnya giat terus membantu kami dalam memproduksi dan memasarkan kopi luwak, karena kopi sejenis ini juga diproduksi di daerah lainnya. Kalau perajin tak dibantu, dikhawatirkan Lampung bukan lagi sebagai penghasil utama kopi luwak. Padahal kopi luwak adalah ikon Lampung," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement