REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, biaya logistik Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asean.
"Salah satu komponen yang masih sangat tinggi dari perekonomian adalah salah satu biaya logistik yang tertinggi di Asean minimun 30 persen dari biaya produksi kita," ujarnya dalam Round Table Kadin Indonesia Bidang Perdagangan bertajuk "Percepatan Kelancaran Arus Barang Eskpor Impor dan Antar Pulau" di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (30/3).
(Baca: Pengusaha E-Commerce akan Dapat Banyak Insentif dari Pemerintah)
Ia menambahkan, hal ini juga termasuk pada waktu bongkar muat atau dwelling time yang dianggap Presiden masih terlalu lama dan diupayakan agar menjadi 3,5 hari saja. Hal ini juga demi meningkatkan dan memperkuat daya saing Indonesia.
"Bagaimana kita punya rujukan untuk efisienkan, kita harus cari mekanisme sendiri bagaimana bisa efisienkan seluruh biaya logistik," lanjutnya.
Tingginya biaya logistik, ia contohkan pada peti kemas dari Jakarta ke Papua yang loading factor atau tingkat keterisiannya mencapai 91 persen, namun pada sebaliknya hanya menyentuh 10 persen. Ketimpangan ini yang menyebabkan tingginya biaya logistik.
"Ini 'PR' kita bersama dan butuh perencanaan pemahaman komprehensif bagaimana kita cari jalan terbaik untuk tingkatkan efisiensi biaya logistik kita," ungkapnya.