REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) menyatakan formula perhitungan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan perhitungan BBM di negara lain. Alasannya, mekanisme dan sistem keuangan yang ada di Indonesia dengan kedua negara tersebut berbeda.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan harga BBM dengan kadar research octane number (RON) 88 ataupun RON 92 yang dijual di Indonesia masih jauh lebih murah dibanding negara lain.
"Ron 88 atau Ron 92 kita masih relatif murah. Saya sudah sampaikan ke Ditjen Migas, nanti diaudit BPK," katanya, Selasa (29/3).
Bambang menilai, setiap negara punya cara masing-masing untuk menentukan harga BBM. Bahkan, kata dia, apabila masyarakat ingin harga BBM di Indonesia seperti Malaysia, maka pemerintah harus mengubah sistem akuntansi negara sama seperti di Malaysia.
"Setiap negara punya cara. Kalau mau harga BBM Indonesia seperti Malaysia, ubah dulu sistem akuntansi negara ini supaya satu gentong antara subsidi dan penerimaan, bisa enggak?" ujarnya.
Ia juga menilai, perbandingan dengan negara lain tidak sepadan karena biasanya pengamat hanya membandingkan dengan negara dengan harga jual BBM yang murah sementara negara lain yang menjual harga BBM lebih tinggi tidak dilirik.
"Kenapa kalau bicara BBM, tidak dibandingkan dengan Singapura yang sangat mahal? Kenapa kalau Avtur dibandingkan dengan Singapura yang murah, bukan dengan Thailand yang mahal?" jelasnya.
Bambang menambahkan, harga avtur di Singapura bisa murah juga lantaran mereka tidak ada biaya distribusi, serta Negeri Singa tersebut mengincar jasa internasional. Sehingga, tidak bisa dibandingkan harga BBM atau avtur yang dijual di Indonesia dengan yang dijual di negara lain.
" Ada satu kebijakan negara dan proses. Singapura tidak ada biaya distribusi, pasti juga murah karena negaranya mengincar jasa internasional. Dia ada subsidi di sana. Dia kota jasa," katanya lagi.