Senin 21 Mar 2016 17:29 WIB

Potensi Likuiditas dari E-money Rp 500 Triliun

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Karyawan menunjukan kartu e-toll usai Launching e-Payment Toll di Pintu Gerbang tol Jati Asih, Jakarta, Senin (21/3). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/ Prayogi
Karyawan menunjukan kartu e-toll usai Launching e-Payment Toll di Pintu Gerbang tol Jati Asih, Jakarta, Senin (21/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkapkan, dari penggunaan uang elektronik atau e-money, ada potensi likuiditas sekitar Rp 500 triliun.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, karena e-money merupakan penggunaan uang elektronik, uang yang ada akan masuk ke sistem perbankan. Berbeda dengan uang tunai yang tidak masuk likuiditas.

"Kalau dia pakai kartu ini sebenarnya baik karena masuk ke sistem perbankan. Kalau jadi uang kertas masuk kantong, nggak bisa masuk kredit tuh uang. Kalau masuk e-money itu bisa jadi kredit. Jadi bagus potensinya sekitar Rp 500- 600 triliun," jelasnya saat peluncuran e-payment toll sinergi dengan tiga bank BUMN lainnya di Kantor Tol JLJ Jasa Marga, Bekasi, Senin (21/3).

Budi menjelaskan, Mandiri e-money telah melayani semua ruas tol. Dengan jumlah kartu sekitar 6 juta dan transaksi 16 juta sebulan. Sementara setahun, transaksinya hampir 180 juta. Menurutnya potensi e-payment toll sangat besar, apalagi dengan 120 juta perbulan transaksi di Jasa Marga.

"Kan baru 25 persenan, dengan empat bank BUMN jadi 100 persen. Mudah-mudahan bisa naik, karena pasti bertambah kan. Jadi kalau kita baru 16 juta perbulan kan masih besar sekali," ujarnya.

Budi menambahkan, berdasarkan pengalamannya, untuk penetrasi penggunaan kartu e-toll card sinergi empat BUMN di seluruh gerbang tol, bisa dilakukan secara bertahap. Hal itu tergantung dengan kesiapan tim masing-masing bank untuk mempersiapkan alatnya di semua gerbang.

"Kan orang butuh top up juga. Jadi kalau nyebar kartunya banyak, tapi fasilitas top up-nya belum siap, itu agak lama. Jadi tergantung masing-masing bank,"ujarnya.

Sementara untuk ruas tol yang swasta, kata Budi, akan diserahkan kepada Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) selaku regulator. "Operator ruas tol itu nurut ke BPJT, karena regulatornya. Jadi harus cashless juga," imbuhnya.

Sebelumnya pembayaran tol melalui uang elektronik ini dimonopoli oleh Bank Mandiri sejak 2010. Sinergi dengan tiga bank BUMN lain, dilakukan menjelang Budi lengser dari posisi Dirut Bank Mandiri. Budi mengaku tidak keberatan dengan adanya kerja sama ini.

"Kalau di mata saya sih nggak ada masalah (kerja sama emoney dengan bank BUMN lain). Toh saingan kita kan nggak sama BNI, BRI, BTN. Saingan kita kan sama Malaysia, Singapura dan negara lainnya," ujarnya.

Berdasarkan data Bank Mandiri, pada 2014 transaksi e-money sebesar 16 juta per bulan atau 120 juta transaksi per tahun. Dengan total Rp 1 triliun per tahun dari sekitar 5 juta kartu. Pada 2015, transaksinya tumbuh 30 persen.  

Baca juga: Kartu Uang Elektronik 4 Bank BUMN Bisa untuk Bayar Tarif Tol

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement