REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan membuka desk khusus investasi Cina. Desk khusus ini untuk memfasilitasi para investor Cina yang akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, Cina merupakan negara terbesar yang menanamkan investasinya di Indonesia tetapi realisasi investasinya masih kecil. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang dialami oleh investor Cina, salah satunya yakni bahasa.
"Tidak sedikit investor Cina yang langsung pergi ke daerah untuk beli lahan, dan tidak bisa melakukan perizinan karena ada kendala bahasa dan pemilihan partner bisnis yang kurang tepat," ujar Franky di Jakarta, Senin (21/3).
Franky menjelaskan, kendala lainnya yang dialami oleh investor Cina yakni kesulitan mencari mitra dalam berinvestasi. Bagi investor Cina, memilih mitra ternyata tidak mudah karena mereka umumnya mencari mitra yang memiliki hubungan kekerabatan, tetapi ternyata mitra tersebut tidak benar-benar memahami bisnis di Indonesia.
Akan tetapi, menurut Franky, dalam setahun terakhir ada tren bahwa investor Cina sudah meminta bantuan BKPM, Kedutaan Besar Cina di Indonesia, maupun industri yang sudah berjalan di Indonesia dalam mencari mitra berbisnis yang tepat. Dengan demikian, Franky mengimbau agar para investor tersebut menggunakan jalur formal saat akan berinvestasi di Indonesia.
"Beberapa di antaranya ada yang mengeluh sudah membeli tanah dan sudah membayar, tapi ternyata tanahnya ada irigasi. Selain itu, ada juga yang sudah membeli lahan, sudah membayar, tapi tidak di kawasan industri," kata Franky.
Franky menambahkan, desk khusus investor Cina ini akan mulai dibuka pada April 2016. Desk tersebut nantinya melibatkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Cina, dan kerja sama dengan sejumlah bank seperti Bank of China, serta ICBC Bank. Selain itu, desk khusus investasi ini juga akan melibatkan Kedutaan Besar China di Indonesia yang akan membantu kendala bahasa. Selain itu, BKPM juga akan menempatkan deputi dan direktur khusus untuk mengurus investasi Cina.
Dengan terbentuknya desk khusus tersebut, Franky mengaku belum mempunyai target terkait rasio realisasi investasi Cina. Menurutnya, target rasio realisasi sulit untuk dihitung sebab pertumbuhan komitmen investasi pasti jauh lebih besar ketimbang realisasi investasinya.
"Lebih baik diselesaikan dulu permasalahannya," ujar Franky.
BKPM mencatat, pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) asal Cina, termasuk Hong Kong, pada 2015 sebesar 1,56 miliar dolar AS. Pencapaian itu meningkat 7,58 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya 1,45 miliar dolar AS.