REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sarana Multigriya Finansial Persero (SMF) membuka peluang untuk bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank).
Direktur Utama PT SMF Raharjo Adisusanto mengatakan hingga saat ini hal tersebut belum terealisasi karena hubungan dengan World Bank harus melalui pemerintah.
"Kami selalu terbuka untuk menjalin kerja sama sepanjang itu terkait dengan pembiayaan perumahan dan harus disesuaikan dengan program pemerintah," ujarnya di Jakarta, Jumat (18/3).
Dia melanjutkan bentuk kerja sama tersebut bisa berupa asistensi teknis, misalnya untuk konsep produk. Namun, Raharjo menambahkan, tentu memerlukan dana yang tidak sedikit. "Investasi kami perlu dana besar, padahal dana kami terbatas. Di sinilah peran pemerintah, sembari melakukan pengawasan," tutur dia.
Selain dengan Bank Dunia, SMF juga telah menjalin komunikasi dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) sejak beberapa tahun lalu. "Memang sudah ada pembicaraan kerja sama, tetapi belum ada yang serius," kata Raharjo.
Bank Dunia pada Selasa (15/3) menyarankan Indonesia menambah lebih banyak investasi swasta demi mendorong pertumbuhan ekonomi, yang diperkirakan Bank Dunia sekitar 5,1 persen pada tahun 2016.
"Dibutuhkan investasi swasta yang banyak, harus ada perbaikan dan reformasi kebijakan yang komprehensif serta berkelanjutan demi memperbaiki iklim usaha di Indonesia," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves.
Rodrigo mengatakan peningkatan peran investasi swasta perlu karena pertumbuhan pendapatan negara lebih rendah daripada yang diprediksi dan harga komoditas terus menurun.