REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Denpasar yang membawahkan Bali dan Nusa Tenggara mencatat pertumbuhan nasabah signifikan dalam mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejak Agustus-Desember 2016 mencapai Rp 1,35 triliun dari 64.769 debitur.
Pimpinan BRI Wilayah Bali dan Nusa Tenggara, M Fankar Umran, mengatakan, jumlah tersebut meningkat Rp 1,2 triliun menjadi Rp 2,5 triliun hingga Februari 2016 dengan total nasabah 100 ribu orang. "Itu berarti setiap dua menit tercipta satu orang nasabah baru di BRI Bali. Jika skalanya nasional, nasabah BRI bertambah satu orang per dua detik," kata Fankar dijumpai Republika di Denpasar, Selasa (15/3).
Penyaluran KUR BRI di wilayah Bali saat ini masih didominasi di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan. Kelompok masyarakat yang paling banyak mengakses KUR tersebut adalah sektor perdagangan, pertanian, industri pengolahan, jasa, dan perikanan. BRI Wilayah Bali dan Nusa Tenggara menargetkan penyaluran KUR total Rp 4,4 triliun pada 2016. Jumlah tersebut berasal dari nasabah mikro dan ritel.
Fankar optimistis jumlah tersebut sudah tercapai dalam kurun waktu enam bulan ke depan atau sekitar triwulan III 2016. BRI menerapkan sistem jemput bola dengan mengerahkan petugas bank langsung ke lapangan untuk mengakses nasabah-nasabah KUR baru. KUR dengan bunga sembilan persen menurutnya adalah program massal dan masif.
Fankar juga mengomentari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mengeluhkan nasabah beralih mengakses KUR ke bank-bank umum. Menurutnya, ada dua solusi yang bisa ditempuh.
Pertama, kerja sama antara bank umum dan BPR tersebut bisa melalui linked program atau melalui jaringan. Kedua, BPR melalui Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mengajukan permintaan ke pemerintah pusat untuk bisa ikut serta menyalurkan KUR.
"BPR juga perlu berbenah supaya lebih efisien dan mencapai kinerja lebih bagus," kata Fankar.